Friday, November 19, 2004

a+ oktober 2004 >> +48 hours in Amsterdam

48 hours in amsterdam

Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Dipublikasikan di majalah a+ oktober 2004

Hal pertama yang muncul dalam benak saya, ketika kedua kaki baru saja melangkah keluar dari kereta di Centraal Station Amsterdam, setelah perjalanan yang cukup melelahkan dari Schiphol Airport, adalah semrawut dan crowded. Tetapi mungkin wajar, karena semua stasiun kereta pasti akan bersuasana sama seperti itu. Dimana seluruh kegiatan di kota terpusat di gedung tua ini. Entah mengapa, bagi saya kota ini merupakan kota yang mungkin dapat disebut sebagai kota yang kurang welcome dan unfriendly. Mungkin juga karena situasi kota yang cukup hectic dan crowded, dimana juga memperlihatkan lalu lalalng orang yang tampaknya busy with their own business. Untuk itulah saya ingin sekali menelusuri hal apa saja yang menarik dari kota ini bagi kebanyakan orang, sehingga banyak orang tertarik untuk berkunjung ke kota ini dan menyebutnya sebagai kota surga. Apa yang membuat kota Amsterdam menjadi kota terbaik untuk hangouts di dunia inilah yang akan saya coba ungkapkan.

Bagi pengunjung yang baru pertama kali datang ke Amsterdam, tentu saja akan sedikit bingung melihat kesemrawutannya, dan jangan bingung bila anda akan sedikit hilang orientasi, karena hal tersebut terjadi pada saya. Namun rupanya pemerintah lokal sudah menanggulanginya, dengan selembar city map yang disediakan di beberapa sudut stasiun dijamin, anda akan dapat keluar dari gedung stasiun dengan mudah. Begitupun dengan saya, dengan berbekal peta yang diberikan oleh salah satu flatmate, saya dapat terselamatkan dari crowded-nya Centraal Station. Hal pertama tentu saja saya harus keluar dari Centraal Station itu menuju ke Metro Station dan mencari tahu kereta metro mana yang dapat membawa saya ke tempat penginapan. Setelah menemukan penginapan sederhana yang juga merupakan student hostel, yaitu Hotel School di Da Costrastraat 60 dan cukup melepas lelah dengan sedikit menikmati makanan di Grand Cafe yang tentu saja dengan budget yang relatif murah, saya kembali menuju pusat kota dengan menaiki metro yang sama. Dari city center inilah saya mulai menelusuri sudut-sudut kota Amsterdam yang terkenal dengan kehidupan malamnya. Tentu saja semua tempat yang saya kunjungi merupakan hal-hal yang baru bagi saya. It’s full of quirky, stylish, dan one-step-ahead shops. Deretan pertokoan tersebut dapat dicapai hanya dengan walking distance sepanjang jalan di pusat kota.

Satu hal yang menarik di deretan pertokoan sepanjang jalan antara Centraal Station dan Madame Tussaud Museum adalah keberadaan satu restoran yang menarik untuk dikunjungi. Satu restoran ini mungkin tidak akan anda jumpai di Negara-negara Eropa lainnya. Anda tentu saja dapat mampir dan mencicipi restoran Jawa Timur ini, yang rasanya tidak berbeda dengan masakan-masakan asli Jawa Timur. Bila anda melangkah lebih jauh di sekitar area dimana Planet Hollywood berada, terdapat juga beberapa restoran Indonesia yang menyediakan berbagai makanan khas Negara kita. Satu hal yang unik adalah, pengunjung restoran-restoran ini bukan hanya orang atau turis Indonesia, tetapi justru penuh dengan orang lokal Amsterdam dan juga para turis asing. Berbanggalah bila makanan khas Indonesia dapat melanglang buana sampai ke negeri orang.

Di sepanjang pertokoan terdapat beraneka ragam toko yang menyediakan suvenir-suvenir dan juga terdapat beberapa department stores. Keberadaan pertokoan ini sangat ideal bagi mereka yang hanya ingin windows shopping sebelum memutuskan apa yang ingin dibeli, atau juga untuk orang-orang yang hanya ingin meluangan waktunya dari city stress.

Pastinya kota surga ini tidak akan luput dari tradisi pub crawl. Bila anda ingin mencobanya, berkunjunglah ke Heineken Brewery di Amsterdam. Hanya dengan harga yang relatif sangat murah dibandingkan dengan di Inggris, dengan harga yang sebanding dengan hanya 60 pence (mata uang Inggris), anda akan mendapatkan tur yang menarik, dan di akhir tur tersebut anda dapat mencoba bir khas Amsterdam. Hanya saja tentu hal ini mempunyai aturan khusus, yaitu anda diberikan kebebasan yang tak terbatas untuk pergi ke bar tersebut dan mencoba bir gratis tersebut hanya dalam waktu 30 menit saja. Dan hal lain yang anda dapatkan di bar ini adalah adanya hiburan dan juga munchies gratis.

Anda ingin berkunjung ke Amsterdam untuk berbulan madu? Hal penting yang tidak boleh dilewatkan adalah city tour melewati main canal di Amsterdam. Dengan menelurusi main canal ini, anda dapat menjelajahi ke daerah-daerah dengan pertokoan barang antik, dan juga specialty boutiques. Dari kanal ini pun anda dapat menikmati indahnya arsitektur guiden wall yang khas di Amsterdam. Dan yang penting dari semuanya adalah, suasana yang cozy dalam perjalanan menyelusuri kanal ini akan menjadikan bulan madu anda romantis. Mungkin lunch break akan anda perlukan bila perut anda sudah terasa lapar. Mengapa tidak menikmati makan siang di tepi kanal, yaitu di Villa Zeezicht, dimana mereka akan menyajikan special apple pie sebagai pencuci mulut. Atau anda ingin memilih untuk rileks di Sauna Deco, dengan tata interiornya yang menakjubkan. Dimana menurut sang tour guide, tempat tersebut merupakan peninggalan untuk mengingatkan Bon Marche, sebuah department store di Paris yang telah dihancurkan. Selain tur melewati kanal ini, anda juga dapat mengunjungi satu desa pelabuhan di dekat Amsterdam, yaitu Vollendam. Perjalanan menuju desa Vollendam ini dapat dicapai dengan bis dalam kota, yang dapat anda temui di halte bis di seberang kanal di Centraal Station. Perjalanan ini akan memakan waktu kurang lebih 45 menit. Di sini anda dapat melihat keunikan arsitektur desa tersebut dan menikmati pelabuhan di desa ini. Sajian makanan seafood dapat anda nikmati sepuasnya di Vollendam. Selain tu juga anda dan pasangan dapat dapat ikut serta dalam antrian di toko De Boer untuk berpose dalam pakaian tradisional Belanda. Dan ternyata bukan hanya anda yang ikut dalam antrian tersebut, karena jika anda melihat hasil bidikan sang fotografer, banyak foto artis Indonesia dengan pakaian tradisional tersebut yang terpampang di etalase toko De Boer.

Satu hal yang juga unik dan menarik untuk dilihat, adalah bahwa Amsterdam terkenal dengan kota sex dan marijuana. Kebenarannya dapat anda buktikan dengan melihat di sepanjang pertokoan di pusat kota, dimana mereka menjual berbagai pernak-pernik dari kaos sampai dengan kartu pos yang mengekspresikan alat vital pria dan wanita sebagai elemen utama. Hal itu tidak lagi menjadi hal yang tabu untuk dipertontonkan. Dan yang menjadikannya lebih wajar adalah keberadaan museum seks di antara deretan pertokoan tersebut, di daerah Dam Square. Perlu saya ingatkan bila anda tidak cukup kuat untuk melihatkan, saya sarankan untuk tidak memasukinya. Karena di museum ini, semua hal yang berkaitan dengan pornografi diperlihatkan dengan gamblang tanpa ada yang ditutup-tutupi. Bila dilihat secara awam, hal ini lebih mengarah ke hal yang menjijikkan, tetapi bila dilihat dari segi ilmu pengetahuan, banyak sekali hal yang dapat dipelajari di dalam museum ini. Di museum ini, anda juga temukan bizarre collection of pornography materials dari mulai berbagai posisi dalam bercinta, gays’ life, alternative sex’ life dan juga foto alat vital terpanjang di dunia. Wow, what a picture! Hanya decakan terkejut-kejut dan tak percaya yang keluar dari mulut saya, ketika saya masuk karena rasa penasaran saya akan apa yang ada di dalam museum ini. Diantara berbagai macam materi yang disajikan, terdapat patung inspector gadget yang dipasang sensor sehingga ia akan membuka jaket khasnya dengan mempertontonkan alat vitalnya seolah-olah sedang mengeluarkan air kencing, setiap kita melewatinya, saya sempat kaget dan meloncat, yang kemudian disusul dengan tawa beberapa orang yang berada di sekitar ruangan. Saya hanya bisa tersenyum malu, karena kekagetan saya.

Tidak semua orang mempunyai banyak waktu untuk menjelajahi seluruh kota Amsterdam. Tetapi jangan kecewa, karena anda dapat menelusuri kotanya hanya dengan waktu yang relatif singkat saja. Tidak akan mendetail tentu saja, tetapi cukup untuk melihat seluruh kota ini yaitu dengan menaiki city circle metro. Dengan rute metro ini anda dapat melewati dan mengunjungi beberapa tempat seperti Planet Hollywood, Madam Tussaud Museum, Hard Rock Café, The Casino, dan juga beberapa museum lukisan seperti Rijks Museum dan Van Gogh Museum.

Janganlah beranggapan bahwa kota Jakarta merupakan kota dengan kriminalitas terbesar dengan banyaknya pickpockets dimana-mana. Karena di Amsterdam pun banyak sekali beredar pickpockets yang ternyata lebih lihai dari para pencopet amatiran di Jakarta. Saya perlu ingatkan janganlah terlalu banyak membawa uang tunai di saku anda, dan janganlah berjalan seorang diri di malam hari, terlebih bila anda melewati jalanan yang terlihat sepi atau lorong-lorong kota dimana semua kegiatan perkantoran sudah usai. Karena bukan hanya pencopet yang berkeliaran tapi juga penodong yang secara halus bermain sandiwara singkat dengan anda. Jangan mudah terkecoh dengan aksi mereka yang diantaranya hanya ingin menukar selembar uang dengan uang receh.
Di satu sudut kota Amsterdam, di Damstaart ada satu daerah yang terkenal sebagai Red Light District. Mungkin dari namanya, sudah tercium sesuatu yang berbau mesum dan seks. Memang benar, sesuai namanya, di zone inilah aktifitas seks terbesar di Amsterdam berlokasi. Namun sejujurnya, daerah Red Light District merupakan bagian yang paling cantik dari kota Amsterdam, apalagi di waktu malam hari, karena peninggalan arsitekturnya. Sebuah alasan yang menarik bila anda mengatakan ingin ke daerah tersebut hanya untuk menikmati seni arsitekturnya. Satu hal yang wajib diingat adalah sesungguhnya pengunjung yang beredar di daerah tersebut dilarang untuk melihat-lihat dan membidik berbagai gambar yang menarik untuk didokumentasikan, ataupun terlibat percakapan lebih jauh dengan para pimps. Jangan sekalipun anda mencoba untuk mendekati ataupun terlibat percakapan dengan mereka, karena salah satu teman pernah mengalami hal yang cukup mengerikan. Kebetulah waktu itu ada seseorang mendekati teman saya dan tiba-tiba dia menaburkan bedak putih di depan teman saya. Dan yang lebih mengejutkan orang tersebut berteriak dan menyebutkan bahwa teman saya telah merebut paksa dan membuang bubuk marijuana yang sangat mahal. Tentu saja saat itu teman saya panik karena semua orang memaksanya untuk membayar perbuatannya dengan mahal, tetapi di tengah kepanikannya, dia tetap berjalan dan meninggalkan daerah tersebut, dan ternyata orang-orang tersebut berhenti memainkan sandiwaranya. Jadi saya ingatkan bila anda seorang wanita, sebaiknya jangan menelusuri daerah ini sendirian. Sangat berbahaya, karena di daerah inilah semua semua lelaki yang haus seks berkeliaran untuk membeli jasa seorang penjaja seks, banyak orang tidak waras berkeliaran untuk mencari mangsa. Di Red Light District inilah, wanita-wanita penjaja seks menjual tubuhnya dengan cara berpose dan melenggak-lenggok di balik kaca-kaca etalase di bawah cahaya neon berwarna merah menyala layaknya sebuah podium teater yang mempersembahkan sex live show. Dan para pelanggannya dapat melihat serta memilih dari sepanjang jalan tersebut.

Pencahayaan di sepanjang Red Light District di tata sedemikian rupa sehingga sesuai dengan namanya red light. Dan pencahayaan ini tentu saja sedikit memberikan suasana agak ngeri bagi saya, kurang nyaman dan kurang aman. Walaupun di luar perasaan tersebut, terlihat indah sekali daerah tersebut dengan arsitektur bangunannya.

Di daerah ini anda juga dapat menemukan The Hash and Marijuana Museum dan juga The Tatto Museum, yang diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai keinginan khusus. Sungguh ironis memang, demi kelangsungan hidup mereka menjual tubuhnya bagai seonggok daging dibalik kaca etalase. Yang juga menarik perhatian saya adalah, di sepanjang Red Light District tersebut, banyak orang dengan bebasnya menjajakan bubuk surga. Saya sempat terperanjat, ketika tiba-tiba seorang laki-laki melompat dan berdiri tepat di depan saya sambil berkata,”Ganja? Marijuana? Hey Girls! Are you ready to get high?” Seketika itu juga saya dan adik saya langsung berjalan cepat meninggalkan area surga dunia bagi sebagian orang tersebut.

Jakarta, Maret 2004