Tuesday, June 21, 2005

Koran Tempo Mei 2005 >> Singapore Expo

Melawat ke Masa Depan Dengan Karya Foster

Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Arsitek, Penulis, Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta

Sir Norman Foster, seorang arsitek kelahiran Manchester, Inggris 69 tahun yang lalu, berhasil mengembangkan sayapnya di Asia dengan membuat beberapa gedung landmark. Gelar arsiteknya diperoleh di Manchester University School of Architecture dan pada usia 21 melanjutkan studi di Yale University. Sebelum berhasil membentuk sebuah konsultan perencanaan pada tahun 1967 di London, Foster sempat bekerja pada arsitek kenamaan yaitu Richard Rogers.

Salah satu keberhasilannya adalah dengan menerapkan filosofi Foster pada bangunan stasiun MRT di Singapore Expo. Filosofi terpadunya mengutamakan adanya sebuah ruang terbuka besar yang dapat digunakan bersama secara berimbang oleh setiap orang untuk bersoasialisasi, serta bagaimana mengupayakan untuk mendorong komunikasi yang baik bagi setiap orang yang berada di dalam bangunan tersebut.

Berbagai unsur material yang digunakan pada rancangannya selalu menggunakan material yang high tech dimana Foster mencoba menunjukkan eksplorasi dari teknologi inovasi dan juga bentuk-bentuk baru dari berbagai material. Selain itu, Foster juga mengutamakan sistem modular unit dimana setiap material yang digunakan adalah prefabricated – yaitu material yang dibuat dipabrik sehingga siap pasang pada lahan. Setiap proyek yang ditangani Foster memiliki keciri khasan tersendiri pada desain dan detail material yang digunakan. Pada stasiun MRT di Singapore Expo, Foster mencoba untuk menunjukkan penggunaan material baja pada seluruh permukaan atapnya.

Seperti layaknya airport, stasiun kereta api juga mempunyai nilai simbolik yang besar sebagai pintu gerbang sebuah kota – biasanya bangunan tersebut merupakan sosok bangunan pertama yang orang jajagi untuk memperoleh pengalaman ruang di dalamnya saat tiba di sebuah kota. Banyak penumpang menggunakan strukturnya untuk menemukan skala bangunan dan kunci disain kriterianya yaitu: bangunan harus mudah untuk bernegosiasi dengan manusia yang menggunakannya. Selain itu bangunan fasilitas umum juga harus mempunyai sifat yang mudah untuk dipelihara baik dalam pemeliharaan material bangunannya maupun sistem plumbing dan mekanikalnya.

Expo Station merupakan jalur MRT baru yang menghubungkan jalur Changi Airport menuju ke Singapore Exhibition Centre yang baru. Dua buah struktur atap yang dianggap sangat dramatik – sempat saya agak terkagum-kagum dengan bentuk atapnya yang mirip dengan pesawat UFO melayang-layang di udara. Struktur atapnya merupakan perpaduan dari stainless steel dan titanium pada selubung atapnya, dengan diameter 40 meter yang menaungi daerah ticket hall dan bentuk elips sepanjang 130 meter yang dilapisi titanium – wow disain arsitektur yang sangat mahal. Foster yang sempat menjadi salesman es krim pada masa mudanya itu, mengatakan bahwa struktur tersebut dijamin akan bertahan sampai ratusan tahun – dimana akan melindungi seluruh penumpang kereta api yang berada di councourse. Bentuk ini overlap dengan efek visual yang dinamis.

Expo Station yang mulai dibangun pada tahun 1997 dan diselesaikan pada tahun 2001 ini mempunyai pilihan material yang sesuai dengan lingkungan, apalagi mengingat lokasinya berada pada negara dengan iklim tropis. Stainless steel merefleksikan cahaya matahari ke dalam councourse, saat selubung titaniumnya membelokkan sinar matahari, kemudian membantu untuk menciptakan iklim mikro pada platform yang mencapai empat derajat lebih dingin dari temperatur di luarnya.

Sementara itu suasana ruang dalam dari Expo Station tersebut juga mempunyai atmosphere yang berbeda. Kesan futuristik nyata terasa di dalamnya. Di dalamnya terdapat fasilitas transportasi vertikal yaitu elevator, walaupun bangunan hanya terdiri dari dua lantai saja. Elevator terlingkupi oleh bungkus kaca berbentuk silinder, seolah-olah seperti mesin waktu saja – mengingatkan pada film seri time trax. Ternyata Foster berhasil menciptakan sebuah atmosphere masa depan pada bangunan fasilitas umum ini. Jika anda berkunjung ke Singapura, jangan lewatkan untuk sekedar melihat untuk merasakan suasana dan pengalaman ruang di dalamnya. Saya jamin anda tidak akan menyesal nantinya.

Sementara itu, di dalam area yang sama, sebuah bangunan eksibisi berdiri di dekat stasiun MRT tersebut. Masih menggunakan konsep modern, perencananya, mencoba untuk membawa pengunjung dalam lawatan masa depan. Berbeda dengan Foster yang menerjemahkan modern dan futuristiknya dalam bentuk bangunan dan juga material yang digunakan, maka pada gedung eksibisi ini, perancang mencoba untuk menuangkan idenya dalam bentuk massa bangunan yang modern dan kompleks. Pusat eksibisi yang dikenal sebagai Singapore Expo ini mempunyai bentuk bangunan yang cukup mengundang lirikan mata. Beberapa dinding yang menjulang dibuat bagaikan sayap-sayap yang mencerminkan bahwa Singapura sudah tinggal landas menuju masa depan.

Singapore Expo merupakan exhibition centre terbesar di Asia Tenggara. Di dalamnya terdapat tempat untuk pameran, konvensi dan konferensi seluas 60,000 meter persegi dalam ruang tertutup (tahap pertama pembangunan). Sejak dibukanya Singapore Expo pada tanggal 4 Maret 1999, Singapore Expo telah mengakomodasi banyak sekali pameran, konvensi dan berbagai atraksi dengan sekitar 10 juta pengunjung. Pemerintah Singapura sebagai pemilik tunggal dari Singapore Expo menunjuk Singex Venues Pte Ltd yang sebelumnya dikenal sebagai PSA Singapore Expo Pte Ltd, sebagai manajemennya, sementara itu kepemilikan keseluruhannya di subsidi oleh Temasek Holdings, salah satu investor terbesar di Singapura.

Pemerintah Singapura mengembangkan Singapore Expo Exhibition kelas dunia dan Convention Center ini dengan tujuan untuk menempatkan Singapura pada urutan depan dalam sektor industri di area Asia Tenggara. Pada awalnya sejak tahun 1970-an segala bentuk aktifitas dan atraksi yang berhubungan dengan pameran, konvensi serta konferensi ditampung dalam area lapangan parkir Hotel Hyatt Singapore. Namun seiring dengan perkembangan dan kebutuhan yang ada, pada tahun 1978 dibangun sebuah gedung pusat eksibisi yaitu World Trade Center, dengan luas 34,000 m2 indoor space dan 2,300 m2 outdoor space. Sampai akhirnya pada tahun 1997 PSA Corporation mendapatkan kontrak untuk mengatur perencanaan dan pembangunan sebuah exhibition center di Singapura guna memenuhi kebutuhan akan eksibisi yang semakin meningkat.

Kompleks Singapore Expo terdiri dari dua pengembangan, keseluruhan kompleks seluas 100,000 m2 ruang eksibisi yang terbagi dalam enam hall. Masing-masing hall berukuran 100 meter x 100 meter (tanpa kolom) dan saat ini terdapat empat hall tambahan sedang dalam pembangunan yang rencananya akan diselesaikan pada tahun 2005.

Konsultan perencana kelas dunia yaitu Arup di Brisbane Australia mendapatkan kepercayaan untuk menyelesaikan rencana struktur dan sipil awal serta studi lalulintas secara rinci. Sampai akhirnya Arup di Singapura menyelesaikan desain struktur dan sipil keseluruhan serta pembangunan dari hall-hall yang baru sebagai pengembangannya.

Saat penyelesaian pembangunan dari hall-hall baru tersebut, Singapore Expo Exhibition and Convention Center akan menyajikan total area eksibisi seluas 100,000 m2 – sebanding dengan 15 kali ukuran lapangan sepak bola – bayangkan saja! Tidak heran tentu saja bila bangunan ini akan menjadikannya pusat eksibisi terbesar di Asia Tenggara.

Struktur atap dari bangunan Singapore Expo merupakan struktur konvensional baja bowstring trusses, yang dibentangkan secara diagonal saling memotong satu dengan yang lainnya. Hal ini tidak hanya untuk mengurangi tegangan dari baja kedua, tetapi juga untuk memperkenalkan beberapa bentuk pada ruang-ruang yang terbentuk olehnya di bawah naungan atap tersebut. Tentu saja bentangan-bentangan baja tersebut memberikan efek dan atmosphere tersendiri bagi setiap pengunjung yang berjalan di bawahnya. Diantara setiap bentangan baja tersebut muncul potongan-potongan atap yang mengeluarkan cahaya alami serta ventilasi sehingga mengurangi konsumsi energi yang diperlukan oleh sebuah bangunan eksibisi.

Secara desain, bangunan ini dapat dikatakan sebagai smart building, bangunan pintar yang mengutamakan hemat energi dalam pengelolaannya. Pada setiap sudut pandang, bentuk yang dimunculkan oleh sosok bangunan Singapore Expo ini sungguh fantastik! Mungkin akan lebih baik bila pengalaman ruang dirasakan oleh anda semua. Bagaimana mencapai Singapore Expo? Anda dapat menggunakan MRT dari berbagai lokasi untuk kemudian menuju ke Singapore Expo MRT Station, jangan lewatkan lawatan masa depan bersama Foster dengan menikmati suasana futuristiknya MRT Station di Singapore Expo.

Wednesday, June 08, 2005

Kompas Mei 2005 >> Konsep Row Chester

Konsep “Rows” di Kota Chester

Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning

Arsitek, Penulis, Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta

Melihat sebuah kota, bagaikan melihat sesuatu yang menyenangkan. Bagaimana pun juga, kota merupakan pemandangan yang mempunyai arti tersendiri. Kevin Lynch seorang arsitek dari Chicago menyatakan hal tersebut dalam salah satu bukunya. Lynch juga memaparkan bahwa sebuah kota layaknya karya arsitektur, yang terbentuk dari ruang-ruang dalam skala besar. Sebuah kota dapat memberikan image tersendiri bagi setiap orang yang melihatnya, terlebih bagi orang-orang yang tinggal di dalamnya. Dalam hubungannya dengan identitas dan mental image sebuah kota dapat mencerminkan sebuah kualitas fisiknya dimana hal tersebut dipancarkan dari setiap elemen pembentuk kota, dari mulai bangunan, ruang-ruang yang dibentuk bangunan tersebut sampai dengan jalan-jalan yang terbentuk diantaranya.

Berbicara mengenai kota yang dapat menjadi image dan identitas baginya, Kota Chester menjadi salah satu kota yang dapat diambil sebagai contoh kasusnya. Kota Chester merupakan salah satu kota bersejarah di Inggris, yang dikenal sebagai kota hitam putih. Bangunan berwarna hitam putih yang berjajar di sepanjang jalan pusat kota Chester memberikan suasana tersendiri baik bagi para pengunjungnya maupun masyarakat yang tinggal di dalamnya.

Kota Chester yang penuh dengan kejutan-kejutan ini terkenal konsep galeri pertokoannya yang disebut sebagai Rows. Selain itu Chester juga banyak mempunyai aspek-aspek estetika diantaranya keberadaan jalan-jalan tua dan lorong-lorong serta koridor di dalam area pusat kota, katedral dengan dinding batu berwarna merah atau dikenal dengan redstone, Roman amplitheater, lapangan tempat latihan pacuan yang bersejarah dan banyak rumah-rumah bergaya Georgian dan Victorian ditemukan di setiap sudut kota Chester.

Pusat Kota Chester terbentuk dari empat jalur utama yaitu Watergate Street, Eastgate Street, Brigde Street dan Northgate Street. Keempat jalan utama tersebut bertemu di titik pusat kota Chester yang dikenal sebagai High Cross. High Cross tersebut merupakan persimpangan pusat perbelanjaan tua dimana jalur jalanan peninggalan Roman saling bersimpangan. Easgate Street dan Watergate Street merupakan jalur yang membentang dari timur ke barat menurun ke arah pelabuhan tua, yang mengikuti jalan tua Via Principalis. Sementara itu Nortgate Street dan Brigde Street membentang dari utara ke selatan menuju ke arah jalan tua Via Praetoria.

Konsep pusat perbelanjaan di Chester yang terkenal dengan sebutan Rows, merupakan sesuatu yang unik dari kota bersejarah ini. Konsep Rows tersebut membentang mengikuti kedua jalan tua Via Principalis dan Via Praetoria. Pada pusat perbelanjaan Chester tersebut, terdapat dua buah koridor yang saling tumpang tindih di atas dan bawah seperti rumah panggung. Dua buah Rows tersebut mengakomodasi pertokoan dan restoran dengan beberapa galeri di dalamnya. Galeri-galeri tersebut dapat dicapai dengan melalui tangga-tangga kayu yang disediakan pada setiap titik dari jalan-jalan utama sehingga membentuk sebuah shopping promenade yang atraktif bagi para pengunjung.

Walaupun dari tahun ke tahun, Kota Chester mengalami perbaikan dalam hal peningkatan kualitas fisiknya, namun konsep asli tetap tercermin pada setiap sudut kotanya. Terbukti pada beberapa bagian dari sisi jalan Watergate, Eastgate, Northgate dan Brigde Street, masih dipertahankan konsep Rows yang khas dari Kota Chester.

Walaupun konsep Rows tersebut masih dipertanyakan awal munculnya, namun sebagian besar pemerintah lokal setuju bahwa konsep tersebut mulai digulirkan antara abad 13 sampai awal abad 14. Pada saat itu konsep pertokoan terdiri dari elemen pilar-pilar elegan dari batu menurun ke bawah yang biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan atau gudang, serta kebanyakan para pemilik toko berpenghasilan tinggi membangun tempat tinggal pada unit di atasnya. Pada beberapa kasus, lantai atas menjadi area untuk pertokoan yang lebih kecil, sementara akomodasi untuk hunian terletak di bagian belakangnya. Pertokoan pada lantai atas tersebut dapat dicapai dengan tangga dari arah keempat jalan utama. Dari waktu ke waktu, beberapa galeri yang saling berhubungan dibangun sehingga pada pertengahan abad 14, terdapat pusat perbelanjaan yang berkesinambungan pada lantai atasnya.

Pada abad pertengahan, beberapa jenis perdagangan mulai masuk dan berpindah ke Kota Chester, beberapa diantaranya menempati blok-blok yang khusus, sehingga membentuk Rows baru. Beberapa diantaranya yaitu Ironmongers Row, Cooks Row dan Shoemakers Row yang ketiganya merupakan pengusaha dairy products. Ketiga Rows tersebut menempati sepanjang jalan Northgate Street dan Eastgate Street, sementara itu Fleshmongers Row diakomodasikan pada sepanjang jalan Watergate Street.

Pada beberapa waktu pertokoan pada lantai atas yang semula hanya terdiri dari ruang-ruang dengan konstruksi kayu dilengkapi dengan jendela-jendela penutupnya. Sampai akhirnya pada abad 18, area pertokoan pada lantai atas tersebut dikenal sebagai Pepper Alley yang juga disebut sebagai ‘hot spot’ atau daerah yang selalu bermasalah karena memiliki reputasi yang buruk setelah senja menjelang. Namun dengan adanya berbagai program dari pemerintah lokal dan sejalan dengan waktu, maka beberapa titik penting pada pusat perbelanjaan di Kota Chester diperbaiki sesuai dengan program konservasi kota lama. Dengan digulirkannya program konservasi di Kota Chester tersebut, secara otomatis kualitas fisik kota juga meningkat sehingga semakin menarik para turis untuk berkunjung. Konsep Rows yang terkenal tersebut, menjadi salah satu alasan para pengunjung lokal maupun dari luar kota.
Beberapa daerah berubah menjadi ’shopping arcade’ dan ’walkways’ yang atraktif. Konsep Rows yang ada juga ditingkatkan dengan disediakannya jalur pedestrian di bawahnya.