Friday, December 29, 2000

a+ desember 2000 >> +yogyakarta

Ngayogyakarta Hadiningrat

Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Dipublikasikan dalam majalah a+ kolom dadah - Desember 2000, volume 01 edisi 07


Pulang kekotamu, ada setangkup haru dalam rindu....
Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna...........
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu nikmati bersama suasana yogya.....
Di persimpangan, langkahku terhenti ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera, orang duduk bersila musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri, di tengah deru kotamu.....


Sepertinya alunan suara Katon Bagaskara selalu terngiang-ngiang di telinga setiap kali saya melangkahkan kaki keluar dari Stasiun Tugu Yogyakarta, menuju atmosfer Malioboro yang rasanya sudah tercium dari pelataran stasiun. Setiap kali itupun perasaan rindu akan kampung halaman juga mengusik hati. Dan nampaknya perjalanan saya ke Yogyakarta kali ini akan lebih menarik, karena selain untuk kepentingan perjalanan bisnis, tugas dari a+ untuk meliput perjalanan di Yogyakarta akan mengobati rasa jenuh dalam tugas penelitian yang harus saya lakukan selama seminggu penuh.

Ngayogyakarata Hadiningrat, itulah nama resmi kota Yogyakarta, tujuan wisata kedua setelah Bali. Kota Yogya yang dapat disebut sebagai kota tua, tidak nampak layaknya seperti kota tua dengan kehidupan masyarakatnya yang monoton. Justru seharusnya kota Yogyakarta lah yang dijuluki ’kota yang tak pernah tidur’, dan bukan tetangganya Solo. Hiruk pikuk lazimnya kota besar terlihat jelas di sepanjang jalan dan sudut kota Yogya. Bukannya hiruk pikuk akan banyaknya kendaraan bermotor dan kemacetan dimana-mana, tetapi banyaknya becak, andong dan juga sepeda dapat ditemukan di seluruh penjuru kota. Kota Yogya yang disebut sebagai kota pelajar selalu ramai dan padat dengan sepeda pada saat-saat tertentu seperti saat jam sekolah akan dimulai atau saat bubarnya sekolah pada siang ataupun sore hari.

Hanya dengan menumpangi sebuah becak dari tempat tinggal saya di daerah Wirobrajan, saya mulai perjalanan menuju daerah Ngasem, dimana terdapat pasar tradisional Ngasem. Pasar Ngasem menjual berbagai macam hewan yang lazim dipelihara maupun yang tidak, seperti trenggiling, jangkrik, burung, ular, landak, kucing, monyet dan lainnya. Seperti kebun binatang nampaknya. Keunikan dari pasar Ngasem inilah yang menyebabkan pasar tradisional ini dimasukkan dalam katalog travelling untuk para turis.

Dari pasar Ngasem, perjalanan saya lanjutkan menuju Taman Sari atau water castle. Di Taman Sari inilah, semua selir-selir dari Sultan dulu selalu bercengkerama dan bersenda gurau. Di Taman Sari juga terdapat satu kolam yang berfungsi sebagai tempat pemandian bagi para selir tersebut. Dan uniknya, pada satu sudut tempat pemandian tersebut terdapat satu bangunan yang cukup tinggi, yaitu tempat sang Sultan melihat para selirnya yang sedang berenang-renang di kolam pemandian tersebut. Di tempat inilah sang Sultan memilih satu selirnya untuk mendapat kehormatan ’bercengkerama’ dengan sang Sultan. Dari kolam pemandian, saya telusuri beberapa sudut bangunan termasuk suatu terowongan yang, kata orang Yogya, adalah jalan menuju ke Pantai Selatan. Menurut legendanya seluruh sultan Ngayogyakarta merupakan suami dari Ratu Pantai Selatan, mungkin untuk itulah terowongan tersebut dibuat. Legenda inilah yang kemudian diabadikan dalam seni patung Loro Blonyo. Boneka patung berbentuk sepasang pengantin Jawa ini hampir selalu menghiasi tata ruang dalam rumah masyarakat Yogya.

Setelah lelah menelusuri berbagai sudut bangunan di Taman Sari, becak yang saya tumpangi kembali berjalan menuju ke Keraton Ngayogyakarta. Dalam perjalanan ini saya juga melewati daeran jalan Kadipaten Kidul, di sepanjang jalan tersebut terdapat berbagai macam pertokoan yang menjual kerajinan Batik Yogya dari kain batik, sarung sampai dengan daster. Tapi bila Anda ingin melihat kerajinan batik tersebut dibuat, Anda dapat pergi ke daerah lingkungan Taman Sari, di sini Anda bisa melihat para pengrajin batik bekerja dan juga menjual hasil kerajinannya. Saya tidak tahu pasti apakah harga yang diberikan di pusat pembuatan batik di Taman Sari relatif lebih murah dari pada bila Anda membelinya di toko. Di sepanjang jalan Kadipaten Kidul ini, Anda juga dapat menemukan beberapa toko yang menjual kaos terkenal buatan para mahasiswa Yogya yaitu Dagadu. Tetapi bila Anda ingin lebih yakin akan keaslian produk Dagadu ini, Anda dapat membelinya di lantai basement Malioboro Mall, karena sepertinya produk Dagadu ini sudah diproduksi secara massal sehingga tidak jelas keasliannya.

Saya pun melangkah masuk ke dalam Keraton, becak yang saya tumpangi mengantar saya persis di depan pagar halaman belakang Keraton. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia, salah satu jantung kebudayaan khususnya bagi Kebudayaan Jawa. Keraton sendiri secara morfologis berasar dari kata Ratu, yang merupakan tempat bersemayamnya ratu-ratu. Di Keraton inilah sang sultan dan keluarganya melewati kehidupan sehari-harinya.

Sejarah Keraton tidak bisa dipisahkan dari mitos yang melingkupinya. Selain itu terdapat orang-orang yang menggerakkan roda kebudayaan keraton, mulai dari sultan hingga abdi dalem. Keraton memiliki banyak koleksi benda-benda pusaka antara lain kereta kencana, senjata-senjata pusaka, bendera-bendera, serta alat-alat musik. Salah satu karya budaya yang dilahirkan di lingkungan keraton adalah kesenian berupa tari-tarian beserta gending-gendingnya. Seluruh peninggalan benda-benda pusaka tersebut dapat dilihat di beberapa museum yang terdapat di dalam keraton ataupun di daerah lingkungan sekitar keraton, seperti museum HB-IX dan Museum Kereta.

Upacara-upacara adat yang terjadi di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat hingga kini masih dipelihara. Dari mulai upacara kelahiran putra-putri anggota keluarga keraton sampai upacara kematian seperti upacara kematian Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Selain upacara adat Jawa, dari segi arsitekturnya dapat dilihat bahwa arsitektur bangunan keraton telah banyak berubah sejak pertama kali didirikan oleh Pangeran Mangkubumi. Beberapa kali renovasi telah dilakukan sebagai maintenance bangunan keraton. Di dekat keraton terdapat Masjid Agung yang masih berada di lingkungan alun-alun. Masjid Agung ini konon dibuat dengan menggunakan kayu yang dilapisi dengan lapisan emas murni, benar atau tidaknya, saya tidak dapat menjawabnya dengan pasti.

Sempat terjadi suatu hal yang lucu di halaman belakang keraton, ketika saya sedang disibukkan untuk mengabadikan beberapa gambar, tiba-tiba ada seorang nenek yang minta difoto, sesaat timbul perasaan ngeri, tapi akhirnya saya foto juga nenek tersebut. Lucunya setelah difoto, beliau minta imbalan karena saya telah memotretnya, untuk menghindari keributan, akhirnya saya berikan dua keping uang logam ribuan. Dan saat beliau menerima uang tersebut, nenek tersebut berkata: “semoga bidadari-bidadari di surga selalu bersamamu nak“. Wah! Ngeri juga saya, akhirnya saya pergi dan meneruskan perjalanan saya menuju daerah sekitar keraton.

Dari keraton, becak meluncur menuju ke arah jalan Malioboro, daerah pertokoan yang saya yakin tidak pernah absen dari kunjungan para turis. Rasanya becak, andong dan sepeda motor selalu menghiasi suasana jalan Malioboro. Di sepanjang jalan Malioboro Anda dapat temukan semua kerajinan khas dan unik kota Yogya dengan harga yang relatif sangat murah, bila Anda pandai untuk menawarnya. Ada satu toko yang rasanya akan disukai oleh Anda semua yang tidak pandai tawar menawar: Mirota Batik. Karena sepertinya semua isi Malioboro ada di dalamnya. Seluruh kerajinan dari mulai batik Yogya, kerajinan kulit, kayu, bebatuan sampai dengan jamu-jamuan dapat ditemukan di Mirota Batik. Anda tidak perlu menawar lagi, karena semua harga yang diberikan adalah fixed price dan reasonable price. Pada akhir minggu, yaitu Sabtu dan Minggu, toko ini sangat padat dengan pengunjung baik turis lokal maupun asing. Tapi rasanya ada sesuatu yang kurang bila Anda telah sampai di Yogyakarta dan tidak menikmati jalan Malioboro. Karena memang di sepanjang jalan tersebut keunikan kota Yogya diekspresikan. Mulai jalm sembilan malam di sepanjang jalan Malioboro ini juga disajikan sajian khas orang Yogya yaitu lesehan, makan malam sambil duduk bersila di hamparan tikar. Makanan khas yang dapat anda pesan adalah burung dara goreng dan lalapannya.

Di balik semrawutnya jalan Malioboro, ada satu jalan yang baru kali ini saya lewati, yaitu jalan Sosrowijayan. Di sepanjang jalan ini Anda dapat temukan banyak cafe dan resto yang menyediakan segala macam makanan dari mulai masakan khas Indonesia sampai dengan masakan Cina dan Eropa. Daerah Sosrowijayan yang sebelumnya merupakan daerah permukiman ini, sudah berubah sedikit demi sedikit sebagai daerah komersil. Dilengkapi dengan beberapa penginapan dan homestay, daerah ini cukup dikenal oleh turis-turis asing. Lucu juga, karena sejujurnya sebagai orang Yogya, saya justru mengenal jalan Sosrowijayan dari Mikael Johani yang saya yakin bukan orang Yogya. Dan menurut penuturan dari salah satu pemilik cafe di daerah tersebut, Sosrowijayan memang lebih dikenal oleh para turis asing daripada turis lokal. Apalagi orang Yogya asli, kebanyakan belum tahu keberadaan resto dan cafe di Sosrowijayan. Tidak hanya cafe, resto dan penginapan juga dapat Anda temukan di sana. Banyak warung internet dan travel agency juga terdapat di daerah tersebut. Daerah Sosrowijayan ini selanjutnya akan ditujukan sebagai daerah wisatawan yang meniru konsep dari daerah Gajah Wong di Gejayan. Daerah Gajah Wong yang terkenal ini konsepnya diterapkan di Sosrowijayan, dan nampaknya keberhasilannya sudah terlihat.

Paralel dengan jalan Sosrowijayan terdapat jalan Dagen, yang juga terkenal dengan penginapan-penginapan murahnya. Kedua daerah ini merupakan daerah yang digemari oleh para turis asing, selain karena letaknya yang strategis dekat dengan pertokoan Malioboro, juga karena harga yang ditawarkan untuk menginap relatif murah dari mulai Rp. 25.000 sampai dengan Rp.50.000 per malamnya. Kedua daerah ini merupakan daerah kedua setelah Prawirotaman yang lokasinya relatif lebih jauh. Selain jauh, harga permalam yang diberikan di sana juga relatif lebih tinggi.

Tapi Yogyakarata bukan hanya kompleks pertokoan dan tempat-tempat makan yang menarik bagi para turis. Seni budaya yang asli dan indah juga merupakan hal yang menarik bagi para pengunjung kota ini. Seni budaya ini dapat ditemukan di berbagai sudut di kota Yogyakarta baik di lingkungan keraton maupun daerah di sekitarnya. Sebagai bekas kerajaan yang besar, Yogyakarta memiliki kesenian dan kebudayaan yang tinggi dan bahkan merupakan pusat sumber seni budaya Jawa. Hal ini dapat kita lihat dari peninggalan seni budaya yang dapat kita saksikan pada candi-candi, istana Sultan dan tempat-tempat lain yang masih berkaitan dengan kehidupan istana. Dan sebagian dapat disaksikan pada museum-museum budaya.

Kehidupan seni tari dan seni lainnya juga masih berkembang pesat di kota Yogya. Selain itu nilai-nilai budaya masyarakat Yogya terungkap pula dalam bentuk arsitektur rumah penduduk dengan bentuk joglonya yang banyak dikenal di seluruh Indonesia. Andong antik di Yogya memperkuat kesan bahwa Yogyakarta masih memiliki nilai-nilai tradisional. Seniman-seniman besar terkenal di Indonesia saat ini banyak yang dididik dan digembleng di Yogyakarta. Sederetan nama seniman seperti Affandi, Bagong Kusudhardjo, Edi Sunarso, Saptoto, Amri Yahya, Kuswadji Kawindro Susanto dan lain-lain merupakan nama-nama yang ikut memperkuat peranan Yogyakarta sebagai Pusat Kebudayaan Jawa.

Satu event yang menarik dan digemari oleh masyarakat Yogya maupun turis adalah Sekaten. Sekaten dilangsungkan pada saat menjelang Maulid Nabi. Masyarakat Yogya biasanya menyebutnya Sekatenan, pada hari tersebut ada beberapa hiburan dan pasar malam yang disajikan. Pada hari Maulid Nabi juga dilaksanakan sebuah upacara adat yang disebut sebagai upacara Gunungan (tumpengan). Biasanya pada saat upacara ini masyarakat akan berkumpul dan menunggu Gunungan tersebut lewat, dan akhirnya masyarakat akan berebut untuk mendapatkan satu dari sekian banyak hiasan Gunungan. Ada satu simbol tertentu yang diberikan dari setiap hiasan gunungan tersebut. Dari sekian banyak upacara Sekaten ini, baru sekali saya menyaksikannya, yaitu dua tahun yang lalu. Rasanya seluruh masyarakat Yogya berkumpul dan memenuhi lingkungan sekitar Masjid Agung di alun-alun. Penuh sesaknya orang tidak menurunkan semangat masyarakat Yogya untuk menunggu saat Gunungan tiba.

Satu seni kerajinan yang menjadi buruan para turis adalah kerajinan perak yang dapat ditemukan di Kota Gede. Di daerah Kota Gede ini terdapat sederetan pertokoan yang menjual kerajinan perak dengan berbagai ragam coraknya. Kota Gede juga dikenal sebagai pusat industri kerajinan peraknya. Salah satu toko yang cukup dikenal adalah Tom’s Silver yang berada di Jalan Ngeksi Gondo. Lokasi yang relatif cukup jauh, sekitar 5 kilometer dari pusat kota Yogya, kadang membuat turis memilih untuk membeli kerajinan perak tersebut di pertokoan yang berada di pusat kota Yogya. Walaupun tidak dapat dipastikan keaslian dari kandungan peraknya, tetapi semuanya saya serahkan pada Anda.

Yogya, Yogya...... Katon memang pantas terpesona olehmy. Kadang saya berpikir, kalau saja pusat kota Jakarta sekarang ini adalah daerah Kota, maka Jakarta bisa secantik kamu. Penuh dengan gedung-gedung tua berkarakter, dan bukan gedung-gedung baru yang selalu abu-abu. Dan mungkin orang-orangnya juga akan lebih berkarakter, dan bukan hanya terlalu sibuk menggolkan the next big proposal. Ah, sudahlah....back to reality....

>.....musisi jalanan mulai beraksi, oh....
Merintih sendiri, di tengah deru,...hey....
Walau kini kau t’lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi (untuk s’lalu pulang lagi)
Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh.....
Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi)
Senyummu abadi,abadi......


Jakarta, November 2000

a+ desember 2000 >> +designer boutique

Designer Boutiques

Teks: Ari Widyati Purwantiasning
Dipublikasikan dalam majalah a+ kolom pondasi - Desember 2000, volume 01 edisi 07


Ruddy Walakandou

Tak pernah terpikirkan bahwa bangunan seperti ruko berwarna putih itu adalah sebuah butik eksklusif sepatu dan tas Ruddy Walakandou. Butik koleksi asesoris dan sepatu kulit ular ini terletak di bilangan Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Kalibata Utara II No. 57B. Ketika saya masuk ke ruang utama yang juga merupakan ruang display, Ruddy sedang disibukkan dalam penataan ulang display koleksi sepatu-sepatunya. Ruangan yang relatif tidak terlalu besar tersebut terbagi menjadi dua buah ruang. Ruang depan diperuntukkan sebagai ruang display koleksi sepatu dan ruang kedua difungsikan untuk rak-rak peraga koleksi tas kulitnya.

Konsep yang dipilih Ruddy sangat membantu dalam menyembunyikan kesan sempit dan kecil pada ruangan. Konsep Black and White dan minimalis adalah pilihan utamanya. Ia menumpuk kotak-kotak sepatunya sedemikian rupa sehingga membentuk rak untuk memajang sepatu. Kotak/ rak ini menjadi elemen interior yang tidak terlalu rumit, sehingga tidak menambah kesan chaotic ruang tersebut. Warna hitam putih pada kotak kemasan sepatu tersebut juga menunjang konsep keseluruhan butik eksklusif ini. Ada juga sebuah rak sepatu dari besi dengan lima buah papan putih bersusun ke bawah yang diisi dengan empat buah kotak sepatu pada setiap rak peraganya. Pelanggan yang datang diharapkan hanya melihat seluruh koleksi sepatu melalui sebuah monitor TV, tanpa harus membuah satu persatu kotak-kotak yang tersusun rapi itu. Dari monitor TV tersebut pelanggan dapat memilih sepatu ataupun tas sesuai selera, ukuran dan juga warna yang diinginkan.

Pada ruang display sepatu, bidang dinding dibuat sedemikian rupa sehingga nampak kesan alaminya. Permukaan dinding disajikan bertekstur dengan mengupas seluruh cat pada kedua bidang tersebut. Sehingga tidak hanya tekstur kasar dinding yang terekspresi, namun tampak dari plamir berwarna putih berkolaborasi dengan warna abu-abu dari acian dinding. Di samping dinding bertekstur tersebut, ruangan ini juga dilengkapi dengan tirai yang berfungsi sebagai penutup permukaan jendela kaca yang sepertinya terlalu terbuka. Tirai tersebut hanya berupa kain jeans berwarna biru yang ternyata klop sekali dengan konsep hitam putihnya Ruddy. Pada sudut ruangan terdapat satu buah sofa yang juga terbuat dari bahan jeans. Konsep dan model sofa memilih tema minimalis seagai pendukung konsep utama ruangan. Sofa yang mirip sekali dengan model rancangan Le Corbusier ini, selain sebagai pelengkap asesoris ruangan, juga sebagai contoh barang yang boleh dipesan.

Ruang pertama yang berfungsi sebagai display sepatu ini juga dilengkapi dengan dua buah dinding yang berongga ke dalam setebal lebih kurang 40 cm. Dinding berongga ini dimaksudkan sebagai ruang peraga untuk koleksi terbaru atau season accessories dari Ruddy baik sepatu maupun tas. Sebuah tas golf berwarna jreng dari kulit ular diletakkan pada standar lukisan di rongga dinding display tersebut. Sedangkan pada rongga dinding satunya, diletakkan sebuah mannequin tak berkepala, yang berkalungkan sebuah koleksi sepatu kulit ular Ruddy Walakandou.

Memasuki ruang kedua, terdapat sebuah meja bundar di tengah ruangan dengan empat buah bangku.meja bundar ini (sepertinya) berfungsi sebagai meja untuk berdiskusi dan konsultasi antara pemilik butik dan pelanggan, dan juga sebagai meja makan. Monitor TV yang saya sebutkan sebelumnya rencananya akan diletakkan di atas meja bundar ini.

Semua koleksi tas yang ada diperagakan pada beberapa buah rak kayu berwarna putih yang terletak di balik dinding ruang display sepatu. Rasanya bertambah eksotik saja kesan yang ditampilkan tas-tas kulit ular tersebut. Warna putih pada seluruh permukaan bidang di ruangan tersebut dipilih Ruddy untuk menonjolkan setiap warna dan corak unik setiap koleksinya.

Pemanfaatan ruang di bawah tangga yang menuju ke lantai dua sangat tepat sekali. Dengan menjadikan ruang di bawah tangga tersebut sebagai storage, rasanya konsep minimalis butik ini jadi lebih kuat. Keberadaan gudang di bawah tangga tersebut ditutup oleh sebuah rak display yang terbuat dari gypsum bewarna putih.

Selain adanya beberapa sudut ruang yang dibuat semenarik mungkin, ada sebuah pintu sorong yang berfungsi ganda. Selain berfungsi sebagai pintu sorong, permukaannya berlapis cermin. Cermin inilah yang berfungsi untuk memantaskan asesoris pada pelangga. What a brilliant idea! Dengan ruang yang relatif kecil semua kebutuhan sebuah butik dapat disediakan di dalamnya.

Selain kedua ruang display tersebut, sebuah ruang VIP untuk artis terletak di lantai kedua. Di ruang VIP inilah Ruddy bermaksud untuk memberikan keleluasaan para artis untuk berkonsultasi dengan sang perancang dalam memilih dan mencoba semua koleksi butik eksklusif ini.

Penataan ruang dalam terasa kurang, bila peran pencahayaan dalam ruangan juga kurang. Di butik ini, hampir pada setiap sudut ruangan dilengkapi sorot cahaya buatan. Empat buah lampu downlight misalnya, dipasang pada langit-langit ruangan. Selain itu beberapa lampu sorot halogen diletakkan pada sisi ceiling yang di bawahnya terdapat koleksi sepatu dan tas. Dan Ruddy memberikan suatu kesan tersendiri pada ruang utamanya, yaitu dengan meletakkan beberapa lampu sorot yang biasanya digunakan pada panggung catwalk. Delapan buah lampu sorot diletakkan persis di tengah ruang depan, membentuk persegi empat, sehingga kedelapan lampu tersebut menerangi seluruh ruangan secara merata.

Seluruh penataan ruang dalam ini dipikirkan oleh Ruddy sendiri tanpa menggunakan jasa interior designer. Tata ruang dalam butik ini juga akan berubah seiring dengan berubahnya musim fashion. Ruddy menyatakan bahwa setiap bulannya dia mengeluarkan empat buah model sepatu dan tas untuk setiap jenis kelamin.pada saat model terbarunya keluar, secara otomatis Ruddy juga menyajikan tata ruang yang berbeda. Selain sepatu dan tas dari kulit ular, butik eksklusif Ruddy Walakandou akan menggelarkan satu koleksi eksklusif lainnya, yaitu koleksi lingerie pada tahun 2001. Tapi saya tidak dapat katakan dengan pasti apakah lingerie yang akan dikeluarkan berupa pakaian dalam dari kulit ular juga seperti koleksi sepatu dan tasnya.

Dari beberapa penuturan Ruddy, dapat disimpulkan bahwa ide untuk membuat butik ini tidak hanya untuk obsesi pribadinya, tapi juga sebagai satu usaha mendukung beberapa pengrajin kecil yang berbakat. Dengan beberapa workshop yang disediakan Ruddy di beberapa tempat, diharapkan sedikitnya membantu memajukan kerajinan kulit dalam negeri. Karena walaupun resminya butik Ruddy ini belum dibuka, tetapi sudah banyak pengusaha dari mancanegara yang tertarik untuk memasarkan produknya ke luar negeri. Bagi para penggemar kulit ular, Anda dapat menemukan koleksi Ruddy di butik pribadinya di Kalibata Utara dan nanti pada awal tahun 2001 di salah satu mal di Jakarta. Bisa dipastikan Anda akan dapat menikmati disain interiornya yang unik di butik malnya juga.

Prada

Berbeda dengan butik Ruddy Walakandaou, butik eksklusif Prada didisain sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan oleh Prada Italy. Seluruh butik Prada yang ada di seluruh penjuru dunia mempunyai tema dan konsep yangsama dalam penataan ruang dalamnya. Adanya standarisasi konsep tersebut kemungkinkan dimaksudkan untuk memberikan suatu image tersendiri bagi Prada Italy. Sehingga setiap orang yang masuk ke dalambutik eksklusif ini akan menyadari bahwa butik yang dimasukinya adalah Prada, tanpa harus melihat name tag yang tertera di setiap koleksinya.

Rasanya sulit bila saya harus menjelaskan tata ruang dalam butik Prada, bila saya tidak melihat dan merasakan pengalaman ruang di dalamnya. Bergaya bak Maya Ari Sigit, saya memasuki salah satu butik Prada yang ada di Plaza Senayan. Rasa minder tentu saja sepintas lalu ada dalam diri saya. Tetapi dengan rasa percaya diri, saya mulai tur singkat saya di dalam ruang yang relatif kecil tersebut. Diamati oleh dua orang staf rasanya cukup risih juga, tetapi saya teruskan juga pengamatan arsitektural dan interior dalam ruang itu. Ruangan butik terbagi atas area window display, ruang display produk, dressing room dan stock room. Keseluruh ruang tersebut dapat terakomodasi sehingga menghasilkan satu penataan ruang yang cozy dan comfortable.

Butik dengan luas 121 m2 itu terletak di lantai dasar Plaza Senayan, tepatnya di sebelah kanan pintu masuk utama. Dengan dilengkapi tiga buah kaca display, diharapkan pengunjung dapat mengecek dengan gampang koleksi terbaru Prada tiap season. Menurut penjelasan Mira Deliena, PR Prada Italy, dalam satu tahun dibuat kurang lebih enam kali perubahan konsep dalam penataan window display. Konsep penataan window display ini juga ditentukan langsung oleh Prada Italy yang kemudian diimplementasikan secara menyeluruh pada butik-butik Prada yang ada di Jakarta (ada dua, satu lagi di Plaza Indonesia). Dalam hal ini, pemegang hak waralaba tidak terlibat dalam pemrosesan dan penentuan konsep.

Ketiga window display mempunyai permukaan transparan berupa kaca bening yang dibatasi oleh frame berwarna hitam, mengelilingi bidang kaca. Warna hitam pada frame kaca ini nampaknya diberikan sebagai suatu aksen. Selain pada frame kaca, pintu masuk utama butik Prada juga diberikan aksen warna hitam. Pintu utama yang berupa kaca bening dibuat menjorok kedalam, sehingga menghasilkan sebuah rongga yang juga berfungsi sebagai foyer. Pada sisi kanan dan kiri rongga serta pada permukaan lantainya dipilih warna hitam sebagai finishing touch.

Memasuki ruangan butik yang bernuansa hijau pupus ini memberikan satu kenyamanan bagi pelanggan yang berkunjung. Semua orang pasti tahu bahwa warna hijau memberikan suasana sejuk dan nyaman. Warna dominan hijau ini selain ditujukan untuk kenyamanan pelanggan, juga dimaksudkan dalam memenuhi konsep minimalis ruangan. Tanpa menggunakan banyak paduanwarna, maka konsep interior butik ini dapat digolongkan dalam konsep minimalis. Juga, dengan warna pastel seluruh produk dan koleksi butik Prada dapat ditonjolkan model dan bentuknya.

Dua buah meja display produk terdapat di tengah ruangan, yang berfungsi sebagai tempat asesoris seperti dompet dan stationeries. Di bawah meja diletakkan beberapa model handbag dan luggage bags. Persis di sebelah meja display ini terdapat sebuah sofa yang cukup besar berwarna coklat muda. Sofa dengan model cukup klasik ini tidak menggunakan sandaran. Saya yakin, hal ini untuk menghindari terhalangnya pandangan ke seluruh ruangan dan menghilangkan kesan sempit pada ruang kecil itu. Selain sebagai asesoris pelengkap, sofa ini juga diperuntukkan bagi pelanggan yang ingin mencoba sepatu koleksi Prada.

Kayu merupakan bahan material yang paling banyak digunakan untuk mendisplay produk eksklusif Prada. Hal ini terlihat pada beberapa bidang dinding, di mana terdapat beberapa rak kayu. Seperti halnya pada dinding sisi kiri, tepat di depan sofa berwarna coklat, rak-rak kayu yang juga berwarna hijau pupus berfungsi sebagai tempat peraga sepatu-sepatu koleksi Prada. Selain pada sisi dinding tersebut, pada permukaan dinding yang menjadi backdrop dari window display juga terdapat rak kayu yang menggantung. Pada rak tunggal tersebut diletakkan beberapa tas. Lain halnya dengan permukaan dinding yang sejajar dengan pintu masuk. Pada sisi ini diletakkan dua buah rel penggantung baju.

Untuk melengkapi kebutuhan ruang butik, diberikan satu area sebagai dressing room, yang terletak di balik salah satu bidang dinding dalam ruang butik tersebut. Di ruang inilah biasanya pelanggan dapat menjajal beberapa potong model baju dan memantaskannya di depan cermin, sebelum segera mengembalikannya ke rak setelah melihat harganya. Ruang yang relatif cukup luas tersebut dilengkapi dengan sebuah kaca cermin dan kursi untuk kenyamanan pelanggan. Selain dressing room, ada sebuah ruang kecil yaitu stock room, gudang yang berisi stok produk Prada.

Seperti layaknya fungsi sebuah ruang, tata ruang dalam tidak dapat dipisahkan dengan penataan lightingnya. Lain dengan butik Ruddy yang mengekspose lampu sorot catwalk pada ruang utamanya, penataan cahaya butik Prada didominasi oleh adanya beberapa spot cahaya dari lampu halogen dan lampun downlight. Contohnya, pada ruang foyer sebelum pintu masuk diberikan dua buah lampu downlight sebagai penambah efek cahaya ruang kecil tersebut. Sedangkan di dalam ruangan, titik lampu yang digunakan lebih banyak jumlahnya, karena sinar lampu kuning tersebut memberikan satu efek tersendiri bilamenyentuk permukaan dinding yang berwarna hijau. Selain itu efek cahaya buatan tersebut juga menonjolkan bentuk dan material produk Prada.

Tentu saja semua penataan interior dan juga pemilihan bahan, baik perabot ruangan ataupun material untuk finishing touch permukaan dinding, ditetapkan untuk mencapai sebuah atmosfer yang nyaman. Suasana ruang disajikan sehingga secara keseluruhan dapat memberikan rasa nyaman bagi para customer.selain adanya penataan cahaya yang cukup, customer dapat melihat dengan jelas produk-produk yang didisplay, kenyamanan pelanggan juga ditunjang dengan diberikannya beberapa fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas tersebut diantaranya adalah dengan memberikan temperatur AC yang nyaman (lebih hangat daripada di Plaza Senayannya sendiri yang sedingin permen Pindy), warna butik yang enak dipandang mata, sofa, monitor TV yang selalu memutar video fashion show koleksi terbaru, dan juga alunan musik dengan pilihan musik yang sesuai dengan image Prada.

Seluruh penataan ruang dalam dari butik Prada ini ditangani oleh sebuah divisi khusus yang berkaitan dengan konsep interior butik. Layout perabot ruangan tidak pernah berubah biarpun trend fashion berubah terus. Hanya window display saja yang berubah setiap waktu. Sehingga bila Anda ingin melihat koleksi Prada, Anda hanya cukup melirik window display mereka. I bet you wouldn’t confuse it with Versace.

Jakarta, November 2000

Thursday, December 21, 2000

a+ november 2000 >> +Menebak Isi Suatu Rumah

menebak isi suatu rumah

Teks: Ari Widyati Purwantiasning

Majalah a+ dalam kolom atap - November 2000, volume 1 edisi 06

Anda ada di Ray White. Seorang real estate agent sedang berbusa-busa menawarkan sebuah rumah di Cipete. Harganya selangit. Bukti yang dia punya akan kehebatan rumah ini hanyalah beberapa lembar foto. Bisakah anda mempercayainya? Bisakah anda mempercayai foto-fotonya?

Pusiiinnnnggggg….!!!! Pussiiinngggg!!!! Mungkin teriakan khas Peggy Melati Sukma ini dapat mewakili saya dalam mengekspresikan proses penulisan artikel ini. Rasanya cukup fiktif untuk dapat menceritakan kembali suasana sebuah ruang tanpa mengalami sendiri pengalaman arsitektur di dalamnya. Itulah yang saya rasakan pada penulisan artikel ini. Sempat terbersit satu keraguan ketika saya mendapat satu tugas untuk me-review interior sebuah hunian apartemen di Kempinsky. Mengapa? Karena untuk menjaga ke-confidential-an sang pemilik, terpaksa saya hanya dapat melihat ekspresi setiap ruangan yang ada melalui beberapa lembar foto.

Ternyata benar juga yang digembar-gemborkan oleh dosen-dosen arsitektur, bahwa rasanya akan terasa sulit bila kita harus menuangkan pengalaman ruang kita tanpa harus melihat langsung wujud nyata dari ruang tersebut, dan bla…bla…bla….. Apresiasi yang dihasilkan akan berbeda pastinya. Tetapi mungkin juga saya akan bisa menilai bangunan ini secara lebih obyektif, paling tidak secara konseptual, karena saya tak akan bias melihat borok-borok yang mungkin saja ada seandainya saya diijinkan untuk melihatnya. Ah, sudahlah. Pokoknya saya akan coba untuk menuturkan kembali ide-ide yang dituangkan sang perancang dalam penataan ruang hunian apartemen ini.

Lokasi hunian apartemen ini yang cukup strategis, di jantung kota Jakarta, memberikan nilai tersendiri dalam konsep hotel apartment atau serviced apartment. Hunian ini menjadi berfungsi persis seperti layaknya unit dalam hotel, bukan sebagai unit rumah yang dihuni oleh pemiliknya dengan kegiatan kesehariannya. Konsep hotel apartment atau serviced apartment ini disediakan untuk para businessmen yang seringkali membutuhkan tempat untuk istirahat beberapa saat tanpa harus merasa seperti tinggal di hotel yang terkadang suasananya kurang cozy dan homey. Berbeda dengan hotel yang tentu saja hanya dapat ditinggali beberapa saat dan juga tidak dapat memberikan kesan seperti berada dalam sebuah rumah, konsep ini diberikan pada para pemilik unit agar dapat mengekspresikan ide mereka dalam keinginan masing-masing pemilik, tentu saja kesan hotel akan berubah menjadi kesan sebuah rumah yang nyaman. Dari sekian banyak unit hunian di Kempinsky ini, saya akan mencoba untuk memberikan satu gambaran dari sebuah unit apartment di dalamnya. Hunian ini memang dikonsepkan oleh sang pemilik sebagai hunian untuk business purposes, i.e. tidak setiap hari sang pemilik akan tinggal di dalam hunian, walaupun begitu, bukan berarti pengaturan tata ruang dalamnya diatur dengan mengacuhkan kesan sebuah rumah.

Sang pemilik menyerahkan segala sesuatu dari mulai tahap perancangan sampai dengan pengisian perabot dan juga asesoris kepada dua orang interior designer yang nampaknya sudah cukup mengerti keinginannya. The owner had also stressed his desire for practicality in the home which the designer managed to enforce as much as possible in this modern concept. Dengan mengumpulkan segala ide yang disesuaikan dengan keinginan pemilik, Alex Abdi bersama koleganya Idris Samad mencoba menuangkan gagasan tersebut dalam tema modern simple. Dan nampaknya ide ini sudah cukup menjamur dimana-mana, karena sekali lagi saya meliput hunian yang memilih tema simplicity di dalamnya.

Alex mengatakan bahwa dengan waktu yang sangat singkat mereka harus mengerjakan segala sesuatunya dengan sesempurna mungkin. Dari pemilihan bahan dan warna dinding, pemilihan perabot dan asesoris, penyediaan bedding set dan juga dining set sampai dengan pengaturan lighting yang ada mereka kerjakan dalam waktu satu bulan terhitung dari penandatanganan kontrak tentu saja. We do the shopping, begitu yang dikatakan Alex pada saya, karena sesungguhnya keterbatasan waktu itulah yang menjadi tantangan baginya. Dengan beberapa produk perabot yang dipasarkan di Jakarta (MOIE, IKEA, etc), Alez mencoba untuk memadukan satu produk dengan produk lainnya. Kunci yang digunakan Alex adalah how to combine all the things from different brands dan juga how to mix and match the colors. Dan nampaknya usaha dan kerja keras Alex dan Idris tidaklah sia-sia, dengan waktu yang relative singkat mereka dapat menyajikan satu tema modern simple apartment living.

Hunian dengan luas 140 m2 ini terdiri dari dua buah kamar tidur, yaitu kamar tidur utama yang mempunyai satu kamar mandi/ WC pribadi, dan juga satu extra bedroom, yang mungkin difungsikan sebagai kamar tidur tamu, yang tentunya juga dilengkapi dengan satu extra toilet. Terdapat juga ruang keluarga dan juga ruang makan, yang nampaknya relative compact satu sama lain, karena luasan hunian yang relative kecil. Namun penataan perabot dan asesoris nampaknya sangat membantu untuk mengurangi rasa sempit. Meski tidak terlalu luas, gayagaya modern simple apartment living, hunian ini tampil sebagai hunian yang praktis dan fungsional untuk business purposes. Alex dan Idris mencoba untuk memilih warna yang senada dan bertema back to nature daripada menyajikannya dalam kolaborasi warna dan kombinasi material yang ditujukan untuk menghindari timbulnya mood yang berubah-ubah. Selain itu, keberadaan ruang service yang nampaknya pada awal sebelum renovasi terlalu terbuka, dibuat sedemikian rupa sehingga semrawutnya suasana dapur tidak terlihat dari ruang makan dan ruang keluarga. Berikut adalah the breakdown dari hunian ini (semoga akurat): interior hunian ini memiliki satu tema warna tersendiri. Terdominasi sentuhan

Earth’s Element. Dari lembar foto, terlihat kesan bahwa ruang-ruang yang ada di dalam hunian ini menggunakan segala element yang berbau alam. Dari mulai warna yang digunakan sampai dengan elemen-elemen asesoris yang nampaknya sangat dominant menggunakan warna dan juga material kayu. Alex dan Idris mencoba untuk menuangkan keinginan pemilik rumah dengan menyajikan beberapa atmosphere yang sangat terpadu satu sama lain. Pemakaian warna dominan coklat dan hijau pupus terlihat pada warna dinding-dinding pembatas ruangan. Pemilihan warna inilah yang membuat atmosphere ruang terasa lebih nyaman dan sejuk. Dan tentu saja hal ini sangat mendukung konsep hunian yang ditujukan sebagai business purpose dwelling. Pemakaian warna-warna yang berbau back to nature ini ditunjang juga dengan pemilihan perabot dan asesoris yang memiliki warna senada. Beberapa warna perabot dan asesoris yang berwarna hitam tidak merusak suasana ruang. Hal ini mungkin karena warna hitam adalah warna fleksibel yang dapat dipadukan dengan segala warna. Di ruang keluarga misalnya, diletakkan dua buah bowl dari MOIE berwarna putih dan hitam di atas coffee table, saya rasa tidak mengganggu keserasian dan keharmonisan kesan ruang tersebut. Justru malah menambah beberapa point yang menarik panca indera mata kita.

Metal’s element. Elemen metal yang dipilih terlihat pada penggunaan lampu gantung pada dining room. Lampu gantung IKEA yang nampaknya cukup memberi satu nuansa yang berbeda pada ruang makan ini, ternyata cukup masuk dengan tema yang ada. Selain itu, penggunaan unsur metal juga dipakai pada side lamp pada ruang tidur utama. Side lamp yang memakai elemen logam pada tiangnya ini, dipadukan dengan warna broken white sebagai kap lampunya.

Timber Screen Layers. Seperti yang telah saya sampaikan, dominasi warna kayu ternyata sangat terlihat pada hunian ini. Keinginan pemilik rumah untuk mendominasi sarangnya (atau didominasi?) dengan unsur kayu ini nyata sekali terwujud. Keberadaan beberapa unsur kayu memberi kesan alam yang cukup kuat. Permainan list-list dan juga panil-panil kayu terlihat jelas pada bidang transparan ruang keluarga. Bidang jendela kaca yang tadinya hanya berupa plain glass, terlihat berbeda dengan ditampilkannya panil kayu pada sekeliling jendela kaca tersebut. Selain berfungsi sebagai pemberi aksen pada bidang tersebut, panil kayu ini juga berfungsi sebagai penahan panas dan juga sebagai pengatur akustik ruang.

Unsur kayu lainnya juga terlihat pada horizontal blind pada jendela kaca tersebut yang berfungsi sebagai shading ruangan. Divider yang berfungsi sebagai pembatas ruang antara ruang keluarga dan ruang makan bukan merupakan pembatas massive. Pembatas yang memakai bahan kayu sebagai elemen utamanya ini terdiri dari lembaran papan kayu yang disusun secara horizontal menerus ke atas. Sehingga kedua ruangan masih dapat terlihat melalui celah-celah antara lembaran papan kayu tersebut.

Artificial. Beberapa tanaman artificial diletakkan pada sudut ruangan. Memang sulit bila harus memberikan tanaman asli, karena akan lebih sulit pemeliharaan dan penataannya. Tetapi dengan disajikannya beberapa sosok tanaman artificial, ruangan akan lebih terlihat hidup dan segar. Sekali lagi untuk menunjang tema simplicity, tanaman artificial dipilih yang sesederhana mungkin sehingga tidak mengundang bersarangnya debu.

Living Room. Nuansa ruang keluarga didominasi oleh warna coklat dan juga unsur kayu yang kuat. Perletakan beberapa perabot yang disesuaikan dengan terbatasnya luas ruangan, nampaknya sangat membantu dalam mengatasi keterbatasan ruang ini. Unsure warna yang sepertinya cukup harmonis ini menunjang konsep simplicity yang diinginkan oleh pemilik. Because the owner desired simplicity, everything was designed in clean lines with little elaborations. Hanya dominasi warna dan unsur kayu saja yang terlihat pada ruang keluarga ini. Dua buah lukisan modern abstract turut berperan dalam menghidupkan suasana ruang keluarga ini.

Master Bedroom. Tidak jauh berbeda dengan atmosphere ruang keluarga, unsur dan warna alam masih terlihat di dalamnya. Penambahan pencahayaan di balik curtain cove menambah kesan romantis. Pemilihan cahaya berwarna kuning saya rasa juga dimaksudkan oleh perancang untuk mengeluarkan satu rasa dan kesan hangat dalam ruangan. Efek yang disajikan dari lighting tersebut bertambah lebih serasi dengan adanya bidang dinding dan juga bedding set berwarna broken white yang terhampar di atas bed frame. Mengurangi sepinya ruangan, dua buah side table diletakkan di atas dua buah nachast di samping kiri dan kanan bed frame.

Dining Room. Mungkin karena terbatasnya ruang yang disediakan sebagai ruang makan, maka perletakan perabot pada ruang ini juga disajikan secara compact tanpa membuang space secara percuma. Penempatan sebuah dining table dengan empat buah dining chair saya rasa cukup untuk sebuah hunian yang bertema modern simple ini. Pemilihan warna masih menggunakan warna alam yaitu hijau dan coklat, dipakainya perbaot dengan material kayu juga masih terlihat dominant pada ruang ini. Penggunaan warna hijau dining table serasi dengan warna coklat pada divider ruangan, warna curtain dan juga warna kayu lainnya.

Kitchen. Ruang dapur yang merupakan satu dari sekian ruang service dalam hunian ini, dibuat terpisah dari ruang makan karena fungsinya yang bukan sebagai dapur bersih. Ruang dapur yang sebelumnya terbuka tanpa penyekat dapat terlihat dari ruang makan dan ruang keluarga. Tentu saja keberadaan dapur kotor ini akan merusak suasana ruang lain yang harmonis. Dengan adanya masalah tersebut, Alex memberikan satu penyelesaian dengan memasang sebuah pintu penghubung antara ruang makan dengan dapur. Pada bagian samping kanan pintu dapur dibuat sebuah lubang yang dapat berfungsi layaknya sebuah temporary bar. Namun, sekali lagi untuk menutup suasana dapur yang kacau, Alex menutup lubang tersebut dengan jendela krepyak yang dapat dibuka dan ditutup pada saat-saat tertentu. Unsur kayu yang kuat terlihat lagi pada penggunaan jendela krepyak ini. Nampaknya kesan yang diberikan dari krepyak ini mencirikan sebuah hunian tropis.

Jakarta, Oktober 2000