Thursday, December 29, 2005

non published 04- 2005 >> konservasi di liverpool

Metamorfosa Facade

Bangunan Tua

Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Arsitek & Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta

Konservasi dapat diartikan sebagai sebuah penghembusan nafas ke dalam sebuah bangunan tua, terutama yang mempunyai karakter sejarah dan arti bagi sebuah kota. Hal ini tentunya tidak dapat dibiarkan tanpa ada usaha untuk melestarikannya. Namun bangunan tua tersebut tidak hanya membutuhkan usaha pelestarian saja tanpa mengacu kembali pada fungsi asal dari masing-masing mahakarya bersejarah tersebut. Untuk itulah bangunan tua perlu untuk dihembuskan nafas sehingga sosok beton tersebut tidak lagi bagaikan onggokan semen yang mati, namun dapat tetap hidup dan memberikan imagenya sesuai dengan masing-masing karakternya.

Rypkema dan Tiesdell dalam bukunya tentang revitalisasi bangunan tua di perkotaan menyatakan bahwa bangunan-bangunan tua bersejarah, kebanyakan tidak memiliki utilitas yang memadai sehingga bangunan tersebut tidak layak maupun tidak mempunyai nilai jual sesuai dengan fungsi masing-masing. Kelemahan inilah yang menimbulkan sebagian besar bangunan tua pada akhirnya tidak difungsikan lagi sebagaimana mestinya.

Konversi Bangunan di Inggris

Dengan adanya masalah-masalah tersebut, muncullah berbagai usaha untuk menghidupkan kembali bangunan tua di beberapa negara yang memiliki peninggalan bangunan bersejarah. Salah satu contohnya adalah di negeri kerajaan Inggris terutama pada kota yang memiliki banyak bangunan tua seperti Kota Liverpool. Usaha yang dilakukan pemerintah lokal tidak hanya dengan revitalisasi maupun konservasi. Namun karena tingginya nilai jual bagi beberapa bangunan di pusat kota, maka pemerintah lokal mencoba untuk menggulirkan beberapa alternatif program.

Salah satu program yang ditawarkan adalah adanya kerjasama dengan beberapa pihak swasta yang perduli akan masalah konservasi. Dari sekian banyak pihak swasta yang melaksanakan program ini adalah Urban Splash yang mengerjakan pelestarian berbagai bangunan tua di Liverpool. Sesungguhnya banyak sekali bangunan bersejarah yang diabaikan di Liverpool dan mempunyai masa depan bagus serta dapat beradaptasi dengan fungsi baru (konversi bangunan). Oleh karenanya Urban Splash berusaha untuk memunculkan setiap karakter dan keunggulan dari masing-masing bangunan tua di Liverpool dengan fungsi baru.

Konservasi di Singapura

Hal yang serupa dilakukan oleh pemerintah Singapura dalam usahanya melestarikan situs-situs bersejarah tanpa harus membuangnya. Pelaksanaan program konservasi yang paling terkenal adalah pada sepanjang Sungai Singapura yaitu Boat Quay dan Clarke Quay. Sebelumnya, kondisi di area sepanjang tepi Sungai ini sangat kumuh dan sudah tidak layak lagi untuk dilihat maupun digunakan sebagai fasilitas. Pemerintah Singapura sebelumnya berencana untuk merobohkan bangunan-bangunan tua di sepanjang Boat Quay dan Clarke Quay dan menggantinya dengan bangunan-bangunan modern yang baru. Namun atas desakan dan masukan beberapa perencana, maka diambillah sebuah kebijakan untuk melestarikan bangunan-bangunan tua yang sudah tidak layak huni tersebut.

Bangunan-bangunan tua di sepanjang Boat Quay dan Clarke Quay disulap sedemikian rupa dengan sedikit rombakan pada facade bangunan dan juga bagian dalamnya. Fungsi-fungsi bangunan lama dirubah menjadi fungsi baru yang lebih menguntungkan bagi pemerintah Singapura dalam hal kepariwisataan. Jalur di tepian sepanjang Sungai ditutup bagi kendaraan bermotor sehingga ruang terbuka didepan bangunan tersebut berupa hamparan pedestrian bagi pejalan kaki, yang juga dipergunakan oleh beberapa kafe sebagai tempat makan terbuka. Aroma dari Sungai Singapura yang tadinya sangat bau menusuk dan berwarna hitam, dihilangkan dengan adanya pembersihan dan pemeliharaan dari pemerintah Singapura. Sungai ini tidak lagi menjadi sesuatu yang dihindari lagi, namun justru menjadi salah satu tempat atraksi bagi turis untuk berkunjung dan juga menjadi pemandangan bagi pengunjung kafe di sepanjang Sungai. Bangunan-bangunan lama dilestarikan dengan dirombak wajahnya tanpa harus merubah identitasnya, dan mengganti fungsinya menjadi kafe, restoran, bar ataupun toko-toko suvenir.

Kegiatan pelestarian wajah bangunan-bangunan tua di Singapura merambah di berbagai sudut kota. Pihak swasta pun juga ikut andil dalam kegiatan pemerintah Singapura ini dengan mengadakan kerjasama dengan pihak terkait sehubungan dengan pelestarian bangunan-bangunan tua. Beberapa bangunan tua yang disulap wajahnya diantaranya adalah Hotel Raffles yang terkenal dengan Hotel kelas mewahnya di area City Hall. Area China Town di Singapura juga dirombak facade-nya sehingga di sepanjang jalan tersebut bangunan-bangunan tua tersebut terlihat lebih cerah dengan warna warninya. Bangunan-bangunan tua tersebut dialihfungsikan sebagian besar sebagai bangunan komersil, diantaranya sebagai perkantoran dan juga rumah makan. Salah satu bangunan yang juga terkenal dengan wajah barunya adalah gedung MICA (Ministry of Information, Communication and Arts), yang dahulunya merupakan barak polisi. Gedung di Hill Street ini disulap wajahnya sehingga jendela-jendela pada facade-nya di buat berwarna warni.

Mempertahankan Taman Sari dari Kepunahan

Sementara itu di Indonesia kegiatan pelestarian bangunan-bangunan tua juga sedang marak digalakkan. Beberapa bangunan tua di Jakarta khususnya di daerah kawasan konservasi Kota Lama Jakarta dan juga di beberapa kota di Jawa telah disentuh oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan peduli terhadap kehadiran bangunan tua warisan nenek moyang kita. Salah satu bangunan tua yang juga masuk dalam daftar 100 bangunan yang dianggap terancam punah di dunia adalah Taman Sari di Yogyakarta. Area Taman Sari yang dahulunya merupakan taman pemandian keluarga Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, hampir saja punah karena tidak pernah dipelihara.

Sejak terjadinya penyerangan dari bangsa asing tahun 1812 dan bencana alam tahun 1867, kondisi Taman Sari semakin memprihatinkan. Sebagai ikon arsitektur bersejarah di Yogyakarta, Taman Sari tidak mendapatkan pemeliharaan yang optimal, hal ini berkaitan dengan terbatasnya dana. Tetapi dengan adanya bantuan dana dari dari Portugis dan Dinas Kimpraswil DIY, maka beberapa usaha pelestarian dilakukan pada bangunan-bangunan di Taman Sari.

Walaupun beberapa permukaan bangunan-bangunan di Taman Sari sudah tersapu oleh warna-warna cat yang memberikan kesan tidak kuno, namun tetap saja karakter dan pesona kemegahan dari komplek pemandian tersebut, masih saja terlihat elegan. Alih fungsi yang semula sebagai tempat pemandian bagi keluarga Kraton, saat ini menjadi bagian dari tujuan turis dari berbagai daerah guna meningkatkan daya wisata Kota Yogyakarta.

Wednesday, December 28, 2005

non published 03- 2005 >> Deva Castra

Hitam Putihnya KotaDeva Castra”

Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Arsitek dan Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta

Masalah pelestarian bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia umumnya dan Jakarta khususnya, saat ini sedang marak dibicarakan. Beberapa lokalisasi bangunan-bangunan bersejarah sudah mulai tertata dengan baik di Jakarta maupun di daerah lain seperti di Yogyakarta dan Bali. Satu dari sekian banyak lokalisasi bangunan-bangunan bersejarah tersebut adalah Taman Fatahillah. Bila Jakarta mempunyai Taman Fatahillah sebagai daerah konservasi dengan beberapa bangunan tua disekitarnya, maka di Inggris terdapat sebuah kota yang terkenal sebagai kota konservasinya. Kota tersebut dikenal sebagai Kota Chester. Bila melihat kota ini, terkadang terlintas dalam benak, apakah bisa Jakarta dibuat seperti Kota Chester dengan ciri khasnya yang berwarna hitam putih?

Kota Chester dikenal sebagai kota bersejarah di Inggris, tidak mengherankan bila pada akhirnya pemerintah pusat memilihnya sebagai salah satu pilot project bagi program konservasi di Inggris pada tahun 1966. Kota ini tidak jarang disebut juga sebagai kota Deva Castra, yaitu bahasa lain bagi kata Roman. Nama tersebut muncul karena Chester dapat dikatakan sebagai kota peninggalan bangsa Roman. Sementara itu nama Deva Castra muncul pada saat dibangunnya sebuah benteng Roman di atas Sungai Dee yang mengelilingi kota yang kemudian disebut sebagai kota Chester.

Dengan gambaran bersejarah dari kota Chester, dapat dikatakan bahwa kota ini merupakan kota paling bersejarah di bagian Barat Laut Inggris dan kaya dengan warisan arsitekturnya yang berkarakter unik. Tidak mengherankan karena saat kami menjelajahi pusat kota Chester, dari stasiun Chester menuju ke pusat kota, terdapat banyak sekali bangunan bersejarah yang mewakili karakter kota tersebut. Memasuki pusat kota Chester, beberapa penampilan bangunan membuat setiap pengunjung akan terperangah dibuatnya. Jajaran bangunan berwarna hitam dan putih nampaknya memberikan karakter bahwa kami sedang memasuki kota Chester bukan kota Liverpool bukan juga kota London. Dekorasi warna hitam putih tersebut seakan-akan menjadi salah satu bagian dari unsur interior kota Chester.

Walaupun beberapa kali kami mengunjungi kota Chester, dan dapat dibilang cukup sering bertandang di kota hitam putih ini, tidak ada rasa bosan yang terlintas dalam diri kami. Semakin sering kami melancong ke kota cantik ini, semakin timbul keinginan untuk selalu bertandang. Satu hal yang selalu saja membuat kami tersenyum geli saat berjalan kaki dari stasiun menuju pusat kota adalah keberadaan terowongan bawah tanah atau underpass. Setiap kali kami pergi ke Chester, saat kami melewati underpass tersebut, selalu saja tersesat. Kami baru tersadar bahwa kami salah jalan, setelah kami sampai di atas dan ternyata kami menyeberangi jalur yang salah. Kami selalu berpikir, apakah memang kognisi kami yang minim, atau memang karena suasana lorong underpass tersebut agak gelap, sehingga kami kehilangan orientasi?

*****

Bagi para turis pengunjung kota Chester, banyak sekali atraksi yang dapat dinikmati di dalam kota elegan ini. Untuk lebih memudahkan pelancong yang datang tanpa ada pendamping penduduk lokal maupun guide yang membantu, maka disediakan sebuah kantor informasi bagi para turis. Di kantor informasi turis ini, berbagai hal dapat diperoleh, dari mulai peta gratis kota Chester sampai dengan suvenir sebagai tanda mata ke-nomad-an para pelancong. Para petugas informasi turis ini juga tidak akan pelit untuk membagi informasi bagi para pengunjung yang menginginkan setiap informasi mengenai kota Chester. Di lain pihak, bila anda sebagai turis sudah mendapatkan peta kota Chester, sebenarnya sudah dapat melakukan penjelajahan kota secara individu. Ada beberapa tempat yang layak kunjung bagi para turis dan dapat dijelajahi hanya bermodal peta gratis dari pusat informasi turis tanpa harus takut tersasar.

Kota Chester yang dilingkupi oleh dinding, bekas benteng pertahanan bangsa Roman dapat dijelajahi dengan mengitari peninggalan dinding bersejarah tersebut. Dengan memulai perjalanan dari titik awal di dalam pusat kota yaitu di Eastgate Bridge, maka pelancong dapat melihat seluruh kota Chester tanpa harus menggunakan kendaraan. Perjalanan mengelilingi kota Chester dengan menelusuri dinding peninggalan tersebut dapat dilakukan dalam waktu kurang lebih dua jam perjalanan dengan berjalan kaki bila cuaca sedang cerah. Namun bila cuaca sedang buruk, seperti saat musim dingin misalnya, maka perjalanan dapat memakan waktu sekitar tiga jam.

Penjelajahan kota Chester dengan mengikuti jalur dinding bersejarah tersebut, memang cukup melelahkan, mengingat ada beberapa permukaan tanah yang agak mendaki dan terjal. Namun tanpa melihat rintangan-rintangan tersebut, perjalanan merupakan hal yang paling menarik karena kita diajak untuk berpetualang seperti layaknya bangsa Roman saat sedang berpatroli mengelilingi kota di dalam lingkupang benteng mereka. Di perjalanan mengelilingi dinding, dapat ditemui Roman ruins di dalam Roman Garden, yaitu puing-puing sebagai bukti peninggalan bangsa Roman. Beberapa pilar masih berdiri tegak menjadi saksi bisu akan keberadaan bangsa Roman dahulu kala.

Beberapa pemandangan yang lebih indah terlihat setelah melalui beberapa tanjakan dan turunan yang juga merupakan gundukan puing-puing bekas dinding. Hamparan rumah penduduk kota Chester terlihat serba hitam dan putih, sama dengan suasana yang ada di pusat kota Chester. Hal inilah yang menjadikan kota Chester ini begitu cantik dan elegan, sehingga menarik para turis domestik maupun luar negeri tertarik untuk bertandang hanya untuk melihat kebenaran akan hitam putihnya Deva Castra.

non published 02- 2005 >> shopmobility

Shopmobility sebuah Konsep Berbelanja bagi Penyandang Cacat


Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Arsitek & Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta

Manusia terlahir di dunia tidaklah sebagai makhluk yang selalu sempurna di mata orang-orang yang memandangnya. Sebagian dari kita terlahir sebagai manusia yang tidak sempurna dalam hal fisik, yang kemudian dikenal sebagai penyandang cacat. Imrie menyatakan dalam bukunya Disability and the City, bahwa orang yang memiliki kekurangan pada tubuhnya atau bisa juga disebut sebagai orang cacat tubuh dapat dikatakan sebagai salah satu kelompok orang termiskin di masyarakat Western. Termiskin yang dimaksud adalah termiskin dalam hal memperoleh fasilitas umum. Secara khusus, mereka mempunyai keterbatasan dalam hal kesempatan mengenyam pendidikan, pekerjaan maupun keterbatasan tenaga.

Kendala ini tentunya tidak menjadikan sebuah halangan bagi mereka, khususnya dalam hal beraktifitas. Penyandang cacat juga memerlukan berbagai kebutuhan sehingga mereka pun juga harus tetap beraktifitas sehari-hari. Namun aktifitas yang dilakukan oleh mereka terkadang harus terhalang oleh keterbatasan fisiknya. Oleh karenanya, fasiltas umum yang ada hendaknya direncanakan agar dapat diakses oleh semua orang tidak terkecuali para penyandang cacat. Untuk itu, sudah sepantasnya bila para pelaku perencanaan kota harus sensitif dan peduli akan kebutuhan tersebut.

Salah satu usaha pemerintah lokal, khususnya di Inggris, dalam mewujudkan sebuah lingkungan yang aksesibel bagi semua orang adalah dengan digulirkannya konsep shopmobility. Konsep ini dimaksudkan bagi para penyandang cacat agar dapat dengan leluasa melakukan kegiatan mereka sehari-hari khususnya kegiatan berbelanja. Konsep shopmobility ini disponsori selain oleh pemerintal lokal, juga oleh para donatur masyarakat yang merasa peduli akan keterbatasan yang dimiliki oleh teman-teman maupun saudara-saudaranya.

Pada dasarnya konsep shopmobility ini disediakan bagi siapa saja yang mempunyai masalah dalam hal bergerak – cacat tubuh yang menyebabkan tidak dapat berjalan – baik permanen maupun sementara. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat mencapai pusat kota untuk berbelanja, maupun mengunjungi fasilitas komersial dan melakukan kegiatan leisure lainnya, dengan menggunakan scooter dan kursi roda baik manual maupun otomatis. Fasilitas ini sudah diterapkan di beberapa kota Inggris seperti Hillingdon, Herne Bay, Liverpool, Manchester, Chester, dan beberapa kota lainnya, dengan menyediakan dan menyewakan scooter dan kursi roda dalam jangka waktu jam, harian maupun mingguan.

Konsep shopmobility dikenalkan pada para penyandang cacat, karena dengan diterapkannya konsep shopping mall dan adanya area pedestrian yang semakin banyak, tentunya akan meningkatkan kesulitan bagi para penyandang cacat yang mempunyai kesulitan dalam bergerak untuk mengakses area tersebut. Dengan adanya fasiltas shopmobility di beberapa pusat perbelanjaan maupun area pusat kota, maka diharapkan para penyandang cacat dapat mengakses area tersebut tanpa harus tergantung pada orang lain. Hal ini dikarenakan, fasilitas tersebut sangat mudah digunakan – user friendly - oleh si pemakai. Pada saat penyandang cacat membutuhkan untuk menyewa sebuah scooter, maka pada fasilitas shopmobility tersebut disediakan beberapa orang pelatih yang akan memberikan petunjuk dalam menggunakan scooter maupun kursi roda tersebut.

Namun karena adanya keterbatasan dalam hal manajemen dan pemeliharaan fasilitas shopmobility ini, maka ada beberapa tempat/ kota yang menyewakan fasilitas tersebut dengan biaya tertentu tergantung dengan waktu sewa. Walaupun begitu, ada beberapa pusat perbelanjaan yang menyediakan fasilitas shopmobility tersebut dengan gratis. Ada juga yang menyewakan fasilitas shopmobility tersebut dengan harga sewa bebas (donasi) tergantung dari kemampuan para penyewanya. Ketiga pilihan tersebut tergantung dari simbol dari tempat fasilitas shopmobility tersebut, apakah simbol tersebut menunjukkan fasilitas gratis, sewa ataupun biaya atas dasar donasi saja.

Salah satu tempat diterapkannya konsep shopmobility ini adalah di pusat perbelanjaan terbesar di UK, yaitu The Trafford Center. Selain sebagai shopping mall terbesar di negeri Inggris, The Trafford Centre juga didesain sebagai one stop shop bagi penyandang cacat, untuk membantu orang-orang yang mempunyai kepekaan terhadap kekurangan mereka. Dan hal ini dipegang manajemennya oleh sebuah badan organisasi yang disebut sebagai the Royal National Institute for Deaf People (RNID) diantaranya, bersama dengan The Guide Dogs for the Blind Association, inovasi dari konsep sensorysolutions@trafford ini didukung oleh Power Partners, yaitu the Scottish Power Group Charitable Initiative. Kantor dari sensorysolutions@trafford ini dapat ditemukan di Festival Village area yang terletak di basement. The Trafford Center selain menerapkan konsep shopmobility juga menawarkan berbagai pelayanan bagi orang-orang khususnya pengunjung yang memiliki cacat pada pendengaran, penglihatan, ataupun visually impaired. Sehingga para pengunjung yang memiliki cacat tubuh ini, dapat dengan mudah mengakses tanda-tanda di setiap sudut di the Trafford Centre, dan juga dapat mengerti a sign language interpreter ataupun lip speaker, untuk membantu mereka berbelanja di seluruh toko-toko yang ada di the Trafford Centre. Selain itu juga ada guide yang disediakan khusus bagi orang yang memiliki cacat pendengaran dan penglihatan sekaligus, sehingga mereka dapat mengerti dan juga memahami demonstrasi dari barang-barang yang akan mereka beli.

Sementara itu, bagi para pengunjung yang memiliki cacat tubuh sehingga tidak memungkinkan untuk menjelajahi setiap toko dan juga lantai dengan berjalan kaki. The Trafford Centre juga menyediakan sarana shopmobility. Untuk para penyandang cacat tubuh ini, the Trafford Center, menyediakan fasilitas parkir mobil khusus yang layak di samping pintu utama the Centre’s Festival Village. Scooters yang dioperasikan dengan tenaga batere dan juga kursi roda yang dioperasikan secara manual maupun otomatis dapat disewa dari unit shopmobility. Seluruh ruangan, dan juga fasilitas umum, seperti toilet dan lift di desain khusus agar dapat dilalui oleh pengguna kursi roda. Sedangkan bagi penyandang visually impaired, berbagai jenis lensa disediakan di meja Customer Service dan juga di unit shopmobility. Sehingga dengan adanya konsep ini, diharapkan bukan hanya para shoppers mania saja yang dapat menikmati sarana perbelanjaan terbesar ini, tapi juga orang-orang yang menyandang disabilities dapat juga menikmatinya.

Jurnal KULTUM 2005 >> Urbanisasi

URBANISASI SEBAGAI SALAH SATU PROSES PENGKOTAAN

Ari Widyati Purwantiasning

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jalan Cempaka Putih Tengah 27

Jakarta 10510

Email: arwityas@yahoo.com

ABSTRAK

Urbanisasi merupakan salah satu solusi dari pemerintah dalam pemecahan masalah di perkotaan. Awam sering mengacaukan pengertian urbanisasi sebagai suatu perpindahan penduduk dari desa ke kota, walaupun hal tersebut merupakan salah satu sebab dari urbanisasi. Tulisan ini merupakan sebuah pemaparan mengenai konsep urbanisasi sebagai salah satu proses terjadinya sebuah kota. Di dalam paparannya, juga akan dibahas mengenai latar belakang timbulnya urbanisasi, faktor-faktor pendorong timbulnya urbanisasi, serta dampak yang ditimbulkannya. Dengan adanya pembahasan ini, maka diharapkan dapat menambah wawasan serta mengarahkan pada pengertian urbanisasi yang lebih tepat.

A. PENGERTIAN URBANISASI

Pengertian urbanisasi yang sebenarnya menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan kemajuan ekonomi. Contohnya adalah daerah Cibinong dan Bontang yang berubah dari desa ke kota karena adanya kegiatan industri. Pengertian kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, misal kesempatan kerja.

Pengertian urbanisasi inipun berbeda-beda, sesuai dengan interpretasi setiap orang yang berbeda-beda. Dari suatu makalah Ceramah Umum di UNIJA, yang dibawakan oleh Ir. Triatno Yudo Harjoko pengertian urbanisasi diartikan sebagai suatu proses perubahan masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah yang non-urban menjadi urban. Secara spasial. Hal ini dikatakan sebagai suatu proses diferensiasi dan spesialisasi pemanfaatan ruang dimana lokasi tertentu menerima bagian pemukim dan fasilitas yang tidak proporsional.

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas dalam bukunya Pengantar Sosiologi Kota yaitu Kota Didunia Ketiga. Pada pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasi menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang dilihat dari sudut morfologi, ekonomi, sosial dan psikologi.

Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian urbanisasi adalah merupakan suatu proses perubahan dari desa ke kota yang meliputi wilayah/ daerah beserta masyarakat di dalamnya dan dipengaruhi oleh aspek-aspek fisik/ morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi masyarakatnya.

B. LATAR BELAKANG TIMBULNYA URBANISASI

Latar belakang terjadinya urbanisasi pada negara indusrti maju dengan negara yang berkembang mempunyai beberapa perbedaan yang terdiri dari:

(diambil dari buku Kota di Dunia Ketiga, PJM Nas)

  • Negara Industri Maju

- pada negara industri maju, urbanisasi dimulai sejak industrialisasi, jadi industri merupakan titik tolak terjadinya urbanisasi

- penduduk kota meningkat lebih lambat dibandungkan di negara berkembang

- pertumbuhan kota relatif lebih imbang (perbedaan tidak besar)

“proses urbanisasi merupakan proses ekonomi”

  • Negara Sedang Berkembang

- urbanisasi pada negara berkembang dimulai sejak PD II, urbanisasi merupakan titik tolak terjadinya industri (kebalikan dari negara industri maju)

- penduduk kota meningkat cepat

- urbanisasi tidak terbagi rata, semakin besar kotanya, semakin cepat proses urbanisasinya, adanya konsep “Primate City

“proses urbanisasi bersifat demografi”

Dari uraian di atas, jelas bahwa sejak PD II, proses urbanisasi di negara berkembang terjadi terlebih dulu dan kemudian menjadi titik tolak terjadinya industrialisasi. Pada kenyataannnya, saat ini seperti yang terjadi di Cibinong, urbanisasi terjadi setelah adanya industri (dibangunnya daerah-daerah industri baru). Selain itu pada daerah pinggiran Jakarta dibangun beberapa daerah industri yang berfungsi untuk mendukung kegiatan kota Jakarta, selain itu juga terjadi peningkatan ekonomi wilayah pinggiran tersebut sehingga wilayah tersebut berangsur-angsur menjadi kota. Oleh karena itu konsep bahwa urbanisasi merupakan titik tolak terjadinya industri menjadi kurang tepat karena sesungguhnya keduanya saling mempengaruhi.

URBANISASI INDUSTRI

Selain itu telah disebutkan bahwa urbanisasi adalah proses kenaikan proporsi jumlah penduduk kota, dalam buku Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan Prospek, oleh BN Marbun, disebutkan bahwa kenaikan jumlah penduduk ini diantaranya disebabkan oleh:

- gejala alami, yaitu kelahiran

- masuknya orang-orang yang pindah dari daerah pedesaan ke perkotaan, ataupun dari daerah perkotaan ke daerah perkotaan yang lebih besar atau yang disebut migrasi (rural-urban, urban-urban)

Kedua hal ini biasanya disebut sebagai komponen urbanisasi. Dari kedua komponen tersebut biasanya, pengaruh perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan ataupun perpindahan daeri perkotaan ke kota yang lebih besar akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh jumlah kelahiran.

Banyak orang berpendapat bahwa alasan utama kepindahan seseorang atau sekelompok orang dari daerahnya ke tempat lain adalah karena terdorong oleh faktor-faktor penarik daerah kota atau daerah tersebut serta anggapan dari masyarakat desa bahwa kota dapat memberikan lapangan/ kesempatan kerja dengan memberikan upah yang besar. Namun dalam kenyataannya sebagian besar penyebab terjadinya migrasi ini adalah karena tidak adanya pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang mereka miliki, sehingga timbul kecenderungan untuk keluar dari desa atau daerah mereka untuk pindah ke kota.

Selain itu banyak juga para ahli ekonomi yang berpendapat bahwa urbanisasi merupakan suatu syarat utama bagi perkembangan ekonomi. Hal ini karena biasanya yang melakukan migrasi adalah orang-orang muda yang mempunyai kemauan yang keras demi kemajuan hidupnya, pada akhirnya timbul suatu proses industrialisasi yang akan memberikan kesempatan kerja yang banyak bagi para pendatang baru. Hal ini berbeda situasinya dengan Indonesia, karena arus urbanisasi di Indoensia tidak seimbang dengan adalanya perluasan kesempatan kerja di kota-kota baik di sektor industri maupun di sektor jasa atau kesempatan membuka usaha sendiri.

Secara terperinci faktor penyebab adanya urbanisasi adalah karena adanya faktor utama yang klasik yaitu kemiskinan di daerah pedesaan. Faktor utama ini melahirkan dua faktor penyebab adanya urbanisasi yaitu:

(diambil dari buku Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan Prospek oleh BN Marbun)

  • faktor penarik (pull factors)

orang desa tertarik ke kota adalah suatu yang lumrah yang sebab-sebabnya bagi individu atau kelompok mungkin berbeda satu sama lain dilihat dari kepentingan individu tadi. Beberapa alasan yang menarik mereka pindah ke kota diantaranya adalah:

- melanjutkan sekolah, karena di desa tidak ada fasilitasnya atau mutu kurang

- pengaruh cerita orang, bahwa hidup di kota gampang cari pekerjaan, atau mudahnya membuka usaha kecil-kecilan

- tingkat upah di kota yang lebih tinggi

- keamanan di kota lebih terjamin

- hiburan lebih banyak

- kebebasan pribadi lebih luas

- adat atau agama lebih longgar

  • Faktor pendorong (Push factors)

Di sisi lain kota mempunyai daya tarik, di pihak lain keadaan tingkat hidup di desa umumnya mempercepat proses urbanisasi tersebut, hal ini menjadi faktor pendorong tumbulnya urbanisasi. Faktor pendorong yang dimaksud diantaranya adalah:

- keadaan desa yang umumnya mempunyai kehidupan yang statis

- keadaan kemiskinan desa yang seakan-akan abadi

- lapangan kerja yang hampir tidak ada

- pendapatan yang rendah

- keamanan yang kurang

- adat istiadat yang ketat

- kurang fasilitas pendidikan

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa faktor utama penyebab timbulnya urbanisasi yang paling kuat adalah faktor ekonomi (menjadi motif utama para migran), selain itu disusul dengan faktor tingkat pendidikan.

Penyebab lain dari terjadinya urbanisasi adalah karena terjadinya “overruralisasi” yaitu tingkat dan cara produksi di pedesaan terdapat terlalu banyak orang.

Berbeda dengan jaman sebelum terjadinya industrialisasi, pada jaman tersebut proses timbulnya kota-kota di negara-negara wilayah Asia dipengaruhi oleh faktor-faktor:

- ekologi: adanya lingkungan alamiah yang menguntungkan dapat memperngaruhi tumbuhnya suatu kota

- teknologi: adanya perkembangan teknologi sesuai kemajuan jaman

- organisasi sosial: ditandai dengan adanya pembagian kerja

Sedangkan faktor penggerak terjadinya urbanisasi sebelum industrialisasi adalah:

- lembaga militer

- agama, penyebaran dan misi agama

- politik

C. DAMPAK YANG DITIMBULKAN URBANISASI

Pertambahan penduduk kota yang berlebihan dan tak terduga akan menjadi beban kota. Dan perpindahan ini akan menjadi masalah ketika perpindahan tersebut menimbulkan masalah sosial baik bagi penduduk kota yang didatangi maupun bagi si pendatang atau secara luas bagi negara. Tetapi kota yang statis dan jumlah pertambahan penduduk kota yang tidak mampu mengisi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang deras arusnya, juga akan kurang menguntungkan perkembangan dan pertumbuhan kota itu sendiri.

Kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di kota mengakibatkan timbulnya pengaruh baik yang positif maupun yang negatif bagi kota maupun bagi desa. Dalam buku BN Marbun, disebutkan dampak tersebut adalah sebagai berikut:

  • dampak positif

Pandangan yang positif terhadap urbanisasi, melihat urbanisasi sebagai usaha pembangunan yang menyeluruh, tidak terbatas dalam pagar administrasi kota. Selain itu kota dianggap sebagai “agen modernisasi dan perubahan”. Mereka melihat kota sebagai suatu tempat pemusatan modal, keahlian, daya kreasi dan segala macam fasilitas yang mutlak diperlukan bagi pembangunan.

Tanggapan lain adalah bahwa kita tidak mungkin membayangkan bagaimana pertumbuhan dan keadaan Jakarta sekarang ini dan juga pusat-pusat industri di dunia lainnya bias tercapai bila seandainya tidak ada urbanisasi

Di samping itu, ada suatu kelompok yang tergolong dalam Group Optimistik (disadur dari bahan kuliah Teori Perencanaan permukiman 2) yang berpendapat bahwa proses urbanisasi hanyalah suatu fenomena temporer yang tidak menghambat pembangunan. Dan menekankan bahwa kota merupakan suatu “leading sector” dalam perubahan ekonomi, sosial dan politik. Urbansiasi merupakan variable independen yang memajukan pembangunan ekonomi.

  • Dampak negatif

Tanggapan negatif terhadap urbanisasi adalah karena adanya akibat buruk yang timbul karena adanya urbansiasi. Beberapa akibat dari urbansiasi yang tidak terkendali adalah:

- masalah rumah dan tempat tinggal

pada negara berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau membeli perumahan yang layak bagi mereka sendiri. Akibatnya timbul perkampungan kumuh dan liar di tanah-tanah pemerintah.

- masalah pedagang kaki lima

- masalah gelandangan

- masalah pengangguran yang meningkat

- masalah transportasi

- masalah ekologi

Arus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan pengendalian pemerintah kota. Beebrapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan.

Dampak negatif lainnnya adalah terjadinya “overurbanisasi” yaitu dimana prosentase penduduk kota yang sangat besar yang tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “underruralisasi” yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada. (diambil dari buku Kota di Dunia Ketiga, PJM Nas)

Pada dampak negatif ini, diuraikan oleh pendapat Group Pesimistik. Kelompok ini berpendapat bahwa kota mendominasi fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan hirarki urban. Hal ini menimbulkan terjadinya pengangguran dan underemployment. Kota dipandang sebagai inefisien dan artificial proses “pseudo-urbanisastion”. Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen terhadap pertumbuhan ekonomi. (disadur dari Kuliah Teori Perencanaan Permukiman 2).

D. PEMECAHAN MASALAH URBANISASI

Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju pertumbuhan populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa, adapun program-program yang dikembangkan diantaranya:

  • intensifikasi pertanian
  • mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan kelahiran, yaitu program Keluarga Berencana
  • memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di pedesaan
  • program pelaksanaan transmigrasi
  • memperluas dan mengembangkan lapangan pekerjaan di kota
  • penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah
  • pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa
  • perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan seperti reformasi tanah

(diambil dari buku Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan prospek, BN Marbun, dan Housing in Third World Countries, HS Murison-JP lea)

E. KESIMPULAN

Konsep urbanisasi mencakup diantaranya:

· urbanisasi merupakan pertumbuhan dari desa menjadi kota

· perpindahan penduduk/ migrasi dari desa ke kota

· kenaikan prosentase penduduk kota

Urbanisasi tidak sama dengan pertumbuhan suatu kota karena urbanisasi merupakan pertumbuhan dari desa menjadi kota.

Urbanisasi yang berlebihan dan tidak terkendali dapat mempengaruhi perkembangan suatu kota, hal ini menimbulkan berbagai dampak diantaranya dampak negatif dan dampak positifnya. Segala dampak positif ini dapat menunjang kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kota. Sedangkan dampak negatifnya dapat dipecahkan sebagian kecil dengan adanya program dan kebijakan dari pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Harjoko, TY. Negara Berkembang dan Pola Permukiman. Bahan Ceramah

Umum UNIJA. Jakarta. 1995

Harjoko, TY. Urbanisasi. Diktat Kuliah Teori Perencanaan Permukiman 2.

Jakarta. 1995.

Marbun, BN. Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan Prospek. Edisi

kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta. 1990.

Murison, HS and Lea, JP. Housing in Third world Countries, Perspectives

on Policy and Practice. Australia. 1978.

Nas, PJM. Diterjemahkan oleh Dra. Sukanti Suryochondro. Kota di Dunia

Ketiga, Kota Dalam Berbagai Kawasan, Kebudayaan dan Masa.

Jakarta. 1979

PT Cipta Adi Pustaka. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid 17. Jakarta.

1988.

Monday, December 26, 2005

non published 01- 2005 >> Taman Sari

Arsitektur Taman Sari Sebagai Ikon Bersejarah Yogyakarta

Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Arsitek dan Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta

Taman Sari atau yang biasa dikenal dengan Water Castle merupakan salah satu peninggalan bersejarah di Kota Yogyakarta yang dibangun pada tahun 1758 oleh Sultan Hamengkubuwono I. Lokasi Taman Sari terletak di sebelah barat istana sultan - kraton Yogyakarta, sekitar sepuluh menit dengan berjalan kaki. Konon Taman Sari merupakan taman air yang sangat indah dan mempesona.

Sejak beberapa waktu yang lama, berkenaan dengan terjadinya penyerangan dari bangsa asing pada tahun 1812 dan menyusul kemudian bencana alam pada tahun 1867, beberapa bangunan di dalam komplek Taman Sari sudah hancur. Sejak saat itu, kondisi Taman Sari semakin lama semakin memprihatinkan. Sebagai ikon arsitektur bersejarah di Yogyakarta, Taman Sari tidak mendapatkan pemeliharaan yang optimal. Saat ini di dalam

Taman Sari selain terdapat taman dan kolam pemandian, juga terdapat beberapa puing-puing bekas bangunan lama, bentuk-bentuk lengkungan dari setiap pintu masuk menuju menara serta koridor bawah tanah.

Dua kata Taman Sari itu sendiri berarti taman yang indah dimana pada zamannya dulu dibangun sebagai tempat untuk menentramkan hati, istirahat dan rekreasi bagi Sri Sultan beserta kerabat Keraton Yogyakarta. Namun dahulunya Taman Sari juga dipersiapkan sebagai benteng untuk menghadapi situasi bahaya. Selain itu, Taman Sari juga digunakan sebagai tempat ibadah, oleh karenanya Pesanggrahan Taman Sari dilengkapi dengan mushola, yang terdapat di bawah tanah, yaitu Sumur Gemuling.

Taman Sari yang merupakan arsitektur bersejarah kota batik ini, memiliki gaya arsitektur jawa tradisional dengan pengaruh kuat dari gaya Portugis. Arsitek Taman Sari itu sendiri konon berdasarkan salah satu versi sejarahnya adalah seorang pendatang berkebangsaan Portugis tanpa nama. Namun karena kepercayaan Sri Sultan maka ia diberi nama Demang Portegis. Sementara itu beberapa bagian arsitektur dan relief di dalam komplek Taman Sari merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Hindu, Budha, Islam, Eropa dan Cina.

Di masa lampau, komplek Taman Sari dihiasi dengan banyak tumbuhan bunga Kenanga, sehingga tempat ini disebut juga sebagai pulau Kenanga. Di atas pulau Kenanga ini terdapat bangunan bertingkat dengan nama Majethi yang kemudian disebut sebagai Cemethi. Sehingga, pulau Kenanga ini dikenal juga sebagai Pulau Cemethi. Dari bangunan inilah, hampir setengah dari kota Yogyakarta bagian selatan dapat terlihat. Tempat ini dahulunya biasa digunakan sebagai tempat untuk bersemedi, mengheningkan cipta, memadukan cita dan karsa dalam rangka memimpin Kasultanan Yogyakarta. Bangunan-bangunan lain yang berada dalam satu komplek Taman Sari diantaranya adalah Umbul Binangun, kolam pemandian Sri Sultan, gapuro-gapuro megah, dan tempat ibadah yang disebut Sumur Gemuling.

Perancang memberikan gaya khas pada Taman Sari sebagai sebuah bangunan istana air yang mempunyai kolam pemandian di dalamnya. Kolam pemandian tersebut diisi dengan air seolah-olah bagaikan laut buatan. Di dalam kolam pemandian Umbul Binangun inilah, para istri Sri Sultan bercengkerama. Sementara itu Sri Sultan berada dalam ruang pada bangunan yang lebih tinggi sambil mengintip dan memilih salah satu istri untuk menemaninya bercengkerama di kolam pemandian yang lebih privat. Pada sisi bangunan tinggi inilah, jendela dibuat kisi-kisi kayu sebagai bidang semi transparan agar Sultan dapat leluasa melihat ke arah kolam pemandian dari dalam ruangan.

Saat ini, Komplek Taman Sari sebagian besar menjadi tempat permukiman bagi para seniman muda yang berkarya di bidang seni lukis batik. Hasil karya mereka dijual bagi para wisatawan khususnya wisatawan asing dan pastinya harga yang ditawarkan cukup tinggi namun relatif terjangkau bagi para turis. Komplek Taman Sari ini rasanya semakin saja terancam punah dimakan jaman dan karena pemeliharaannya kurang optimal. Sebuah arsitektur bersejarah sebagai ikon budaya Yogyakarta yang wajib dipelihara demi lestarinya peninggalan dan warisan budaya.

Demi lestarinya arsitektur Taman Sari, maka beberapa usaha untuk mempertahankan peninggalan sejarah tersebut dilakukan atas kerjasama oleh beberapa pihak. Saat ini pesona dari arsitektur Taman Sari sudah semakin mencerminkan sebuah ikon bersejarah. Beberapa hasil renovasi pada area kolam pemandian Umbul Binangun termasuk Gapura Agung, Gedong Sekawan, Gedong Temanten dan Gapura Panggung sudah nampak terlihat hasilnya. Sungguh pemandangan yang indah, sangat berbeda dengan kondisi Taman Sari dahulunya sebelum disentuh oleh tangan-tangan yang perduli akan warisan budaya.

Walaupun beberapa permukaan sudah tersapu oleh warna-warna cat yang memberikan kesan tidak kuno, namun tetap saja karakter dan pesona kemegahan dari komplek pemandian tersebut, masih saja terlihat elegan. Saat memasuki komplek pemandian ini, sebuah gapura yang disebut sebagai Gapura Agung menyambut pengunjung. Gapura Agung tersebut masih berdiri megah dan elegan sehingga menambah pesona sejarah dari komplek Taman Sari tersebut.

Karakter sejarah sebagai peninggalan warisan leluhur, menyebabkan Taman Sari menjadi ikon bagi kota Yogyakarta. Hal ini menjadi kebanggaan baik bagi masyarakat Yogyakarta umumnya maupun penduduk sekitar komplek Taman Sari khususnya. Keindahan yang disajikan oleh Taman Sari tidak saja mempesona bagi para wisatawan yang datang, namun membuat para pemeduli bangunan bersejarah di seluruh dunia meliriknya. Dengan adanya keperdulian inilah, maka diharapkan kelestarian dari ikon bersejarah ini tetap terjaga keutuhannya.