Thursday, December 21, 2000

a+ november 2000 >> +Menebak Isi Suatu Rumah

menebak isi suatu rumah

Teks: Ari Widyati Purwantiasning

Majalah a+ dalam kolom atap - November 2000, volume 1 edisi 06

Anda ada di Ray White. Seorang real estate agent sedang berbusa-busa menawarkan sebuah rumah di Cipete. Harganya selangit. Bukti yang dia punya akan kehebatan rumah ini hanyalah beberapa lembar foto. Bisakah anda mempercayainya? Bisakah anda mempercayai foto-fotonya?

Pusiiinnnnggggg….!!!! Pussiiinngggg!!!! Mungkin teriakan khas Peggy Melati Sukma ini dapat mewakili saya dalam mengekspresikan proses penulisan artikel ini. Rasanya cukup fiktif untuk dapat menceritakan kembali suasana sebuah ruang tanpa mengalami sendiri pengalaman arsitektur di dalamnya. Itulah yang saya rasakan pada penulisan artikel ini. Sempat terbersit satu keraguan ketika saya mendapat satu tugas untuk me-review interior sebuah hunian apartemen di Kempinsky. Mengapa? Karena untuk menjaga ke-confidential-an sang pemilik, terpaksa saya hanya dapat melihat ekspresi setiap ruangan yang ada melalui beberapa lembar foto.

Ternyata benar juga yang digembar-gemborkan oleh dosen-dosen arsitektur, bahwa rasanya akan terasa sulit bila kita harus menuangkan pengalaman ruang kita tanpa harus melihat langsung wujud nyata dari ruang tersebut, dan bla…bla…bla….. Apresiasi yang dihasilkan akan berbeda pastinya. Tetapi mungkin juga saya akan bisa menilai bangunan ini secara lebih obyektif, paling tidak secara konseptual, karena saya tak akan bias melihat borok-borok yang mungkin saja ada seandainya saya diijinkan untuk melihatnya. Ah, sudahlah. Pokoknya saya akan coba untuk menuturkan kembali ide-ide yang dituangkan sang perancang dalam penataan ruang hunian apartemen ini.

Lokasi hunian apartemen ini yang cukup strategis, di jantung kota Jakarta, memberikan nilai tersendiri dalam konsep hotel apartment atau serviced apartment. Hunian ini menjadi berfungsi persis seperti layaknya unit dalam hotel, bukan sebagai unit rumah yang dihuni oleh pemiliknya dengan kegiatan kesehariannya. Konsep hotel apartment atau serviced apartment ini disediakan untuk para businessmen yang seringkali membutuhkan tempat untuk istirahat beberapa saat tanpa harus merasa seperti tinggal di hotel yang terkadang suasananya kurang cozy dan homey. Berbeda dengan hotel yang tentu saja hanya dapat ditinggali beberapa saat dan juga tidak dapat memberikan kesan seperti berada dalam sebuah rumah, konsep ini diberikan pada para pemilik unit agar dapat mengekspresikan ide mereka dalam keinginan masing-masing pemilik, tentu saja kesan hotel akan berubah menjadi kesan sebuah rumah yang nyaman. Dari sekian banyak unit hunian di Kempinsky ini, saya akan mencoba untuk memberikan satu gambaran dari sebuah unit apartment di dalamnya. Hunian ini memang dikonsepkan oleh sang pemilik sebagai hunian untuk business purposes, i.e. tidak setiap hari sang pemilik akan tinggal di dalam hunian, walaupun begitu, bukan berarti pengaturan tata ruang dalamnya diatur dengan mengacuhkan kesan sebuah rumah.

Sang pemilik menyerahkan segala sesuatu dari mulai tahap perancangan sampai dengan pengisian perabot dan juga asesoris kepada dua orang interior designer yang nampaknya sudah cukup mengerti keinginannya. The owner had also stressed his desire for practicality in the home which the designer managed to enforce as much as possible in this modern concept. Dengan mengumpulkan segala ide yang disesuaikan dengan keinginan pemilik, Alex Abdi bersama koleganya Idris Samad mencoba menuangkan gagasan tersebut dalam tema modern simple. Dan nampaknya ide ini sudah cukup menjamur dimana-mana, karena sekali lagi saya meliput hunian yang memilih tema simplicity di dalamnya.

Alex mengatakan bahwa dengan waktu yang sangat singkat mereka harus mengerjakan segala sesuatunya dengan sesempurna mungkin. Dari pemilihan bahan dan warna dinding, pemilihan perabot dan asesoris, penyediaan bedding set dan juga dining set sampai dengan pengaturan lighting yang ada mereka kerjakan dalam waktu satu bulan terhitung dari penandatanganan kontrak tentu saja. We do the shopping, begitu yang dikatakan Alex pada saya, karena sesungguhnya keterbatasan waktu itulah yang menjadi tantangan baginya. Dengan beberapa produk perabot yang dipasarkan di Jakarta (MOIE, IKEA, etc), Alez mencoba untuk memadukan satu produk dengan produk lainnya. Kunci yang digunakan Alex adalah how to combine all the things from different brands dan juga how to mix and match the colors. Dan nampaknya usaha dan kerja keras Alex dan Idris tidaklah sia-sia, dengan waktu yang relative singkat mereka dapat menyajikan satu tema modern simple apartment living.

Hunian dengan luas 140 m2 ini terdiri dari dua buah kamar tidur, yaitu kamar tidur utama yang mempunyai satu kamar mandi/ WC pribadi, dan juga satu extra bedroom, yang mungkin difungsikan sebagai kamar tidur tamu, yang tentunya juga dilengkapi dengan satu extra toilet. Terdapat juga ruang keluarga dan juga ruang makan, yang nampaknya relative compact satu sama lain, karena luasan hunian yang relative kecil. Namun penataan perabot dan asesoris nampaknya sangat membantu untuk mengurangi rasa sempit. Meski tidak terlalu luas, gayagaya modern simple apartment living, hunian ini tampil sebagai hunian yang praktis dan fungsional untuk business purposes. Alex dan Idris mencoba untuk memilih warna yang senada dan bertema back to nature daripada menyajikannya dalam kolaborasi warna dan kombinasi material yang ditujukan untuk menghindari timbulnya mood yang berubah-ubah. Selain itu, keberadaan ruang service yang nampaknya pada awal sebelum renovasi terlalu terbuka, dibuat sedemikian rupa sehingga semrawutnya suasana dapur tidak terlihat dari ruang makan dan ruang keluarga. Berikut adalah the breakdown dari hunian ini (semoga akurat): interior hunian ini memiliki satu tema warna tersendiri. Terdominasi sentuhan

Earth’s Element. Dari lembar foto, terlihat kesan bahwa ruang-ruang yang ada di dalam hunian ini menggunakan segala element yang berbau alam. Dari mulai warna yang digunakan sampai dengan elemen-elemen asesoris yang nampaknya sangat dominant menggunakan warna dan juga material kayu. Alex dan Idris mencoba untuk menuangkan keinginan pemilik rumah dengan menyajikan beberapa atmosphere yang sangat terpadu satu sama lain. Pemakaian warna dominan coklat dan hijau pupus terlihat pada warna dinding-dinding pembatas ruangan. Pemilihan warna inilah yang membuat atmosphere ruang terasa lebih nyaman dan sejuk. Dan tentu saja hal ini sangat mendukung konsep hunian yang ditujukan sebagai business purpose dwelling. Pemakaian warna-warna yang berbau back to nature ini ditunjang juga dengan pemilihan perabot dan asesoris yang memiliki warna senada. Beberapa warna perabot dan asesoris yang berwarna hitam tidak merusak suasana ruang. Hal ini mungkin karena warna hitam adalah warna fleksibel yang dapat dipadukan dengan segala warna. Di ruang keluarga misalnya, diletakkan dua buah bowl dari MOIE berwarna putih dan hitam di atas coffee table, saya rasa tidak mengganggu keserasian dan keharmonisan kesan ruang tersebut. Justru malah menambah beberapa point yang menarik panca indera mata kita.

Metal’s element. Elemen metal yang dipilih terlihat pada penggunaan lampu gantung pada dining room. Lampu gantung IKEA yang nampaknya cukup memberi satu nuansa yang berbeda pada ruang makan ini, ternyata cukup masuk dengan tema yang ada. Selain itu, penggunaan unsur metal juga dipakai pada side lamp pada ruang tidur utama. Side lamp yang memakai elemen logam pada tiangnya ini, dipadukan dengan warna broken white sebagai kap lampunya.

Timber Screen Layers. Seperti yang telah saya sampaikan, dominasi warna kayu ternyata sangat terlihat pada hunian ini. Keinginan pemilik rumah untuk mendominasi sarangnya (atau didominasi?) dengan unsur kayu ini nyata sekali terwujud. Keberadaan beberapa unsur kayu memberi kesan alam yang cukup kuat. Permainan list-list dan juga panil-panil kayu terlihat jelas pada bidang transparan ruang keluarga. Bidang jendela kaca yang tadinya hanya berupa plain glass, terlihat berbeda dengan ditampilkannya panil kayu pada sekeliling jendela kaca tersebut. Selain berfungsi sebagai pemberi aksen pada bidang tersebut, panil kayu ini juga berfungsi sebagai penahan panas dan juga sebagai pengatur akustik ruang.

Unsur kayu lainnya juga terlihat pada horizontal blind pada jendela kaca tersebut yang berfungsi sebagai shading ruangan. Divider yang berfungsi sebagai pembatas ruang antara ruang keluarga dan ruang makan bukan merupakan pembatas massive. Pembatas yang memakai bahan kayu sebagai elemen utamanya ini terdiri dari lembaran papan kayu yang disusun secara horizontal menerus ke atas. Sehingga kedua ruangan masih dapat terlihat melalui celah-celah antara lembaran papan kayu tersebut.

Artificial. Beberapa tanaman artificial diletakkan pada sudut ruangan. Memang sulit bila harus memberikan tanaman asli, karena akan lebih sulit pemeliharaan dan penataannya. Tetapi dengan disajikannya beberapa sosok tanaman artificial, ruangan akan lebih terlihat hidup dan segar. Sekali lagi untuk menunjang tema simplicity, tanaman artificial dipilih yang sesederhana mungkin sehingga tidak mengundang bersarangnya debu.

Living Room. Nuansa ruang keluarga didominasi oleh warna coklat dan juga unsur kayu yang kuat. Perletakan beberapa perabot yang disesuaikan dengan terbatasnya luas ruangan, nampaknya sangat membantu dalam mengatasi keterbatasan ruang ini. Unsure warna yang sepertinya cukup harmonis ini menunjang konsep simplicity yang diinginkan oleh pemilik. Because the owner desired simplicity, everything was designed in clean lines with little elaborations. Hanya dominasi warna dan unsur kayu saja yang terlihat pada ruang keluarga ini. Dua buah lukisan modern abstract turut berperan dalam menghidupkan suasana ruang keluarga ini.

Master Bedroom. Tidak jauh berbeda dengan atmosphere ruang keluarga, unsur dan warna alam masih terlihat di dalamnya. Penambahan pencahayaan di balik curtain cove menambah kesan romantis. Pemilihan cahaya berwarna kuning saya rasa juga dimaksudkan oleh perancang untuk mengeluarkan satu rasa dan kesan hangat dalam ruangan. Efek yang disajikan dari lighting tersebut bertambah lebih serasi dengan adanya bidang dinding dan juga bedding set berwarna broken white yang terhampar di atas bed frame. Mengurangi sepinya ruangan, dua buah side table diletakkan di atas dua buah nachast di samping kiri dan kanan bed frame.

Dining Room. Mungkin karena terbatasnya ruang yang disediakan sebagai ruang makan, maka perletakan perabot pada ruang ini juga disajikan secara compact tanpa membuang space secara percuma. Penempatan sebuah dining table dengan empat buah dining chair saya rasa cukup untuk sebuah hunian yang bertema modern simple ini. Pemilihan warna masih menggunakan warna alam yaitu hijau dan coklat, dipakainya perbaot dengan material kayu juga masih terlihat dominant pada ruang ini. Penggunaan warna hijau dining table serasi dengan warna coklat pada divider ruangan, warna curtain dan juga warna kayu lainnya.

Kitchen. Ruang dapur yang merupakan satu dari sekian ruang service dalam hunian ini, dibuat terpisah dari ruang makan karena fungsinya yang bukan sebagai dapur bersih. Ruang dapur yang sebelumnya terbuka tanpa penyekat dapat terlihat dari ruang makan dan ruang keluarga. Tentu saja keberadaan dapur kotor ini akan merusak suasana ruang lain yang harmonis. Dengan adanya masalah tersebut, Alex memberikan satu penyelesaian dengan memasang sebuah pintu penghubung antara ruang makan dengan dapur. Pada bagian samping kanan pintu dapur dibuat sebuah lubang yang dapat berfungsi layaknya sebuah temporary bar. Namun, sekali lagi untuk menutup suasana dapur yang kacau, Alex menutup lubang tersebut dengan jendela krepyak yang dapat dibuka dan ditutup pada saat-saat tertentu. Unsur kayu yang kuat terlihat lagi pada penggunaan jendela krepyak ini. Nampaknya kesan yang diberikan dari krepyak ini mencirikan sebuah hunian tropis.

Jakarta, Oktober 2000

No comments: