Monday, November 20, 2000

a+ oktober 2000 >> +Liverpool Fine City

Liverpool Fine City

Teks & Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Majalah a+ dalam kolom dadah - Oktober 2000, volume 1 edisi 05


Satu tahun sudah saya mencoba mengamati, mempelajari, merasakan dan juga mengenal kota Liverpool dari sudut University Precinct Mulberry Court, Mountpleasant. Ternyata waktu satu tahun bukanlah waktu yang terlalu lama untuk mengenal kota Liverpool secara detail, dari mulai orang-orang Liverpool yang dikenal sebagai Scousers (karena langgam bicara mereka yang unik seperti menyanyikan sebuah lagu bila berbicara), sampai dengan kebiasaan-kebiasaan mereka dan juga point of interest yang ada di Liverpool. Namun satu tahun juga merupakan waktu yang cukup untuk menambah wawasan dan mengenal kota tersebut yang biasanya hanya dikenal orang sebagai kota ‘bola’ dengan Owen si Magic Boy atau sebagai kota kelahiran The Beatles. Lupakan sejenak pandangan orang mengenai hal tersebut. Liverpool bukan hanya kota ‘bola’ atau kota ‘Beatles’, tetapi juga merupakan salah satu kota di Inggris yang menarik untuk dijamah dan dikupas dari semua sudut pandang.

Liverpool merupakan salah satu district Merseyside dengan bangunan-bangunan tua yang menarik dinikmati baik arsitekturnya maupun keunikan kebiasaan masyarakatnya. Patutlah bagi para travelers untuk menjajal berkunjung ke Liverpool dan memasukkannya pada agenda perjalanan mereka.

Pada mulanya, saya sangatlah terpada melihat betapa kecilnya kota ini, dan saya sempat berpikir, apakah saya dapat bertahan tinggal di kota sekecil ini. Tetapi ternyata seperti telah saya sampaikan sebelumnya, setahun bukanlah waktu yang lama. Selama satu tahun tersebut saya dapat melihat banyak dan belajar banyak dari kota kecil ini.

Masyarakat Liverpool sebagian besar adalah pelajar, kota ini mungkin bias menjadi sister city kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar. Pada satu waktu sesak dan semarak dengan tawa riang pelajar-pelajar yang berdatangan dari berbagai kota maupun berbagai Negara, dan pada saat libur musim panas, kota tersebut terlihat sungguh sunyi dari suara-suara tawa dan canda mereka di semua sisi dan sepanjang jalan pusat kota. Liverpool memiliki beberapa perguruan tinggi diantaranya Liverpool University dan John Moores University yang sebelumnya merupakan politeknik.

Liverpool yang merupakan kota kecil, ternyata memiliki satu keunikan diantara beberapa kota di Inggris, yaitu kehidupan masyarakat mereka yang sangat harmonis dan rukun. Kesopan-santunan dan keramah-tamahan masyarakat local Liverpool ini memberikan satu tempat tersendiri di hati saya untuk selalu dikenang. Mungkin hal ini bukanlah sesuatu yang luar biasa, tetapi bagi para pengunjung yang telah bepergian ke banyak tempat, mereka pasti akan dapat merasakan perbedaannya, bahkan dapat dibedakan antara orang-orang London yang dikenal lebih snobbish dibandingkan dengan orang-orang Liverpool yang lebih down to earth. Suasana dan situasi di kota besar yang hectic juga mungkin yang menyebabkan perbedaan antara kota-kota besar lain dengan Liverpool. Jangan heran bila anda sedang berjalan menyusuri pedestrian menuju pusat kota, tiba-tiba anda akan disapa oleh seseorang yang tidak anda kenal, “Are you alright?” atau “Good morning, how are you today?” Hal-hal tersebut bukanlah sesuatu yang big deal tentu saja, tetapi merupakan hal yang menyenangkan bagi turis asing yang dating ke kota asing seperti Liverpool.

Dari waktu ke waktu, Liverpool memberikan perubahan baik dalam bentuk fisik maupun suasana di berbagai sudut pusat kota. Dimulai dari pusat kota di mana terdapat bar, restoran dan pertokoan bursting out di setiap sudutnya. Ada beberapa hotel baru dan pengembangan perkantoran di setiap sudut. Beberapa bangunan-bangunan tua sedang dalam proses refurbishment dan renovation, tapi keadaan jalanan di sekitarnya tetap terlihat bersih.

Perbedaan Liverpool tidak hanya terlihat dalam bentuk fisik saja, namun ada suatu image dari Liverpool yang selalu membuatnya lain dari yang lain. Kemudahan transportasi misalnya. Local authorities Liverpool telah menambah rute coaches dari beberapa kota di Inggris ke Liverpool. Bahkan local airport Liverpool juga telah menjadi salah satu tujuan Easyjet dari berbagai negara tetangga Inggris. Seperti misalnya bila turus ingin terbang dari Amsterdam, Barcelona, Venice, Paris, dll ke Liverpool ataupun sebaliknya, dapat menggunakan fasilitas Easyjet ini yang harga tiketnya pun relatif sangat murah.

Sudah menjadi suatu issue yang penting bahwa di Liverpool telah muncul beberapa ide untuk proyek-proyek baru maupun perombakan-perombakan di setiap sudut kota. Hal ini mengingatkan sejak beberapa waktu lalu bahwa setiap orang seharusnya menyadari akan potensi yang ada di Liverpool.

Pusat kota Liverpool sendiri menjadi suatu indikasi yang penting dari perubahan-perubahan di kota Liverpool akhir-akhir ini. Beberapa tahun lalu pusat kota Liverpool sangat sepi dan tidak terkesan ramah, keadaan bangunan-bangunan tua sungguh merupakan momok bagi para pengunjung, karena hal tersebut mengesankan suasana yang cukup trainspotting, mengerikan dan tidak terawat. Namun dengan adanya berbagai program partnerships baik dari pemerintah pusat Inggris maupun dari Eropa, maka Liverpool dapat membangkitkan semangatnya kembali dengan memunculkan beberapa potensi daerah menjadi daerah wisata bagi para turis.

Dari pusat kota, saya akan coba untuk menelusuri beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi. Pertama saya berjalan agak mendaki menuju University Precinct sepanjang Hardman Street yang merupakan lokasi paling menarik bagi para beer travellers. Di sepanjang jalan ini terdapat kafe-kafe dan juga bar yang digemari oleh masyarakat Liverpool. Mereka sangat gemar melakukan ritual pub crawl di mana mereka akan mendatangi bar-bar dan kafe-kafe yang berada di pusat kota satu persatu dari senja mulai turun sampai dengan dini hari.

Tradisi pub crawl ini sangat popular dikalangan orang Inggris apalagi Liverpool yang juga dikenal sebagai kota pelabuhan. Mungkin karena letak Liverpool yang juga dekat dengan Irlandia, maka kebiasaan minum-minum ini juga menular sangat kental pada masyarakat Liverpool. Jika anda ingin sekali mengunjungi Liverpool dan mencoba tradisi pub crawl ini jangan lupa untuk mencoba Guinness, bir hitam lambang kebangsaan Irlandia.

Janganlah terpana bila begitu akhir pecan dimulai Anda akan melihat sesaknya setiap pub, bar dan kafe di pusat kota dengan pelajar, pegawai dan juga para orang tua. Bahkan mereka akan rela mengantri di sepanjang jalan untuk memasuki kafe, pub dan bar tersebut.

Selain di Hardman Street, ada satu lokasi lagi yang juga sangat terkenal, yaitu Matthew Street, di mana para anggota The Beatles biasanya manggung pada salah satu kafenya, di sinilah kemudian ’the cavern club’ lahir. Di sinilah The Beatles lahir ke dunia musik. Karena ini Liverpool akhirnya juga dikenal sebagai the city of music yang melahirkan grup pop yang kesuksesannya bakal sulit disaingi ini. Dan, jangan heran bila salah satu anggota dari Spice Girls pun berasal dari Liverpool. Bila anda berkunjung ke Liverpool, mungkin anda kadang bertemu dengannya di Tesco, Hero-nya Inggris. Satu lagi bagi para penggemar The Beatles, bila berkunjung ke Liverpool jangan lewatkan The Beatles’ Festival setiap tahunnya pada bulan Agustus. Semua orang terlihat dengan berbagai kostum dan pernak pernik The Beatles, termasuk poni ’mangkok’ nya. Tahun lalu festival tersebut menyediakan beberapa panggung dengan panggung utama di Albert Dock, dan beberapa panggung lain di Castle Street, Victoria Street, North John Street dan Chavanese Street, dengan tema Yellow Submarine Day. Seluruh pusat kota penuh sesak dengan orang dari berbagai penjuru daerah dan kota, setiap bar, pub dan kafe berjejalan dan sesak. What a day!

Dari Hardman Street, tepat di perempatan ujung jalan tersebut, terdapat satu kafe dan restoran yang cukup bergengsi dan terkenal relative mahal, yaitu Philharmonic Restaurant. Di seberang restoran tersebut adalah Philharmonic Hall, tempat yang terkenal dengan tim paduan suara Philharmonic Orchestra-nya. Berjalan lebih ke depan, kita akan memasuki Catherine Street dan juga area University Precinct, di mana Liverpool University terletak. Di dalam lokasi universitas ini juga terdapat beberapa kafe dan bar seperti No. 5 cafe, Cambridge Cafe, Augustus John Cafe dan Varsity Cafe, yang populer bagi mahasiswa mahasiswi universitas tersebut, karena tentu saja harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan kafe dan bar di pusat kota.

Di sisi lain, dari pusat kota, bila kita berjalan berlawanan arah dari Hardman Street yaitu menuju ke arah Church Street dan lebih jauh lagi, kita akan berjalan menuju pelabuhan yang dikenal sebagai Albert Dock. Legendanya, pada jaman dahulu kala di Albert Dock ini terdapat sekelompok burung yang disebut sebagai burung Liver. Itulah sebabnya mengapa kota kecil ini disebut sebagai Liverpool.

Pelabuhan ini termasuk pelabuhan terbesar di dunia. Banyak kapal besar pernah berlabuh, termasuk The Titanic. Di Albert Dock, para turis dapat menikmati beberapa tempat seperti Merseyside Maritime Museum, The Beatles Story Museum, Museum of Liverpool Life dan Tate Gallery. Sebuah shopping arcade juga dapat ditemui di Albert Dock. Buat anda yang merasa perlu mendokumentasikan ke ‘nomad’ an Anda, di sini dapat ditemukan semua souvenir dan benda-benda menarik khas Liverpool.

Dan satu lagi, bila anda ingin mencoba menyeberang Mersey River anda dapat mengunjungi daerah seberang Liverpool yang terkenal yaitu Hamilton Quarter Birkenhead yang termasuk daerah baru dari Wirral. Dari namanya terdengar cukup unik, ya, karena daerah Birkenhead dikenal dengan legenda kota hantunya, bahkan pada setiap tahunnya, masyarakat Birkenhead mengadakan suatu festival dengan pertunjukkan hantu-hantunya. Anda dapat menggunakan pelayanan ferry untuk menyeberang ke Birkenhead dari Pier Head Albert Dock.

Selain itu, bila anda ingin sekedar minum café latte, cappuccino ataupun sekedar minum teh pada sore hari, di sepanjang shopping arcade ini terdapat beberapa café yang menyediakan minuman tersebut. Pada akhir pekan Albert Dock cukup ramai dengan orang-orang yang memenuhi kafe, restoran dan pub. Pada salah satu kafe tersebut ada satu kafe yang terkenal dengan music jazz-nya. Di sinilah saya sering menghabiskan waktu untu mencari ilham sambil mendengarkan music jazz dengan teman scousers saya. Dari dialah saya mengenal jauh mengenai Liverpool, bahkan tempat-tempat dimana teman-teman dari Indonesia yang lain tidak pernah tahu keberadaannya.

Dari dialah saya tahu keberadaan ‘pasar senggol’ nya Liverpool. Di pasar senggol ini anda dapat menemukan berbagai benda dan barang unik yang tidak dapat ditemukan di tempat lain, ada juga barang-barang bekas yang masih layak pakai. Bila anda ingin menjajah ke pasar senggo ini, anda dapat coba cari di sepanjang School Lane Street, yaitu sebuah gedung tua dengan papan nama Quiggins yang terdapat di sebelah Bluecoat Triangle. Atau jika anda juga tertarik untuk mencoba masuk ke Bluecoat Triangle, anda dapat mencoba kafe dan restorannya. Dan kalau anda kutu buku anda pasti akan senang ngendon di dalam gedung ini karena di sini banyak sekali bursa buku murah.

Ternyata kota kecil ini memberika kesan dan kenangan tersendiri bagi saya. Bagaimana? Anda tertarik untuk mencoba bergabung dengan para scousers? Ingin mencoba tradisi mereka dengan pub crawlnya? Atau anda ingin sekedar duduk-duduk di plaza Mersey River sambil makan es krim dan mencari ilham?


Jakarta, Agustus 2000

No comments: