Mengenal Lebih Jauh Kotanya
Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Arsitek, Penulis, Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta
Liverpludians! Sebutan kami bagi para penduduk Liverpool, yang tentu saja sangat fanatik dengan kesebelasan lokal mereka, Liverpool Football Club atau lebih akrab disebut LFC dengan kaos merahnya dan Everton yang identik dengan warna biru. Sementara itu, orang Inggris biasa menyebut penduduk
Walaupun beberapa orang mengenal kota Liverpool karena olahraga sepakbolanya tersebut, dengan LFC dan Michael Owen-nya, serta juga tahu Liverpool karena lahirnya sekelompok musisi terkenal seperti the Beatles, maupun Spice Girls, namun kota tempat kami menggali ilmu dan menambah wawasan ini, juga terlahir sebagai kota maritim yang sangat indah. Berbagai kejutan disajikan oleh
*****
Kota Liverpool dilahirkan sebagai
Setahun mengenal Kota Liverpool, tidak membuat saya bosan untuk selalu menjelajahi berbagai sudut kota. Sudut kota yang selalu saja memperlihatkan perkembangan pesat dalam pembangunannya. Kota Liverpool merupakan kota yang mempunyai pusat kota yang kompak dengan mengakomodasikan beberapa pusat perbelanjaan di dalamnya dari mulai Clayton Square, Williamson Square sampai dengan pasar tradisionalnya St. Johns Market, pasar tempat kami para pelajar Indonesia dapat menemukan hati dan ampela untuk dimasak, sementara di supermarket tidak dapat ditemukan kedua jeroan tersebut. Selain pusat perbelanjaan sandang dan pangan, di pusat kota juga dapat ditemukan beberapa toko buku dari toko buku yang menjual berbagai keperluan para pelajar seperti Blackwells, sampai pada toko buku News from Nowhere yang menjual berbagai bacaan khusus bagi para gay. Keseluruhan area perbelanjaan tersebut dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki, dimana hampir keseluruhan area diselubungi dengan pavement block untuk pedestrian. Di dalam area pusat kota juga terdapat dua buah stasiun kereta api yaitu Lime Street Station untuk memberikan jalur perjalanan ke luar kota seperti ke London, Newcastle dll, serta Central Station yang lebih terbatas pada perjalanan di dalam kota Liverpool namun tidak menutup jasa perjalanan ke kota-kota terdekat Liverpool seperti Chester dan Manchester. Pusat perbelanjaan inilah, tempat dimana kami para pelajar dari berbagai negara, mencari berbagai kebutuhan baik kebutuhan sandang, dan pangan maupun untuk penunjang proses belajar kami. Walaupun beberapa sudut terlihat adanya toko-toko baru dan juga produk-produk baru yang diperjualbelikan, namun tetap saja, Liverpool masih merupakan kota yang dapat dikatakan sebagai kota yang relatif tidak mahal sebagai tempat untuk tinggal. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan, mengapa begitu banyak para imigran dan juga pelajar datang ke Kota Beatles ini.
Tidak jauh dari pusat kota, terdapat beberapa gedung tua yang dimanfaatkan kembali sebagai tempat komersil. Beberapa gedung tersebut diantaranya Bluecoat Triangle yang dikenal sebagai harta karun arsitektur pada abad ke-17, dimana sebelumnya gedung ini digunakan sebagai tempat untuk melampiaskan obsesi para seniman dalam mempertontonkan hasil karya mereka. Selain itu di dalam salah satu ruangannya, juga pernah digunakan sebagai kelas untuk proses pembelajaran bagi para mahasiswa dari The University of Liverpool. Saat ini Bluecoat Triangle digunakan sebagai tempat untuk santai karena di dalamnya terdapat beberapa kafe, toko suvenir dan juga bursa buku murah alias buku bekas. Gedung lain yang terdapat di School Lane Street adalah Quiggins, yaitu gedung bekas gudang yang kemudian digunakan sebagai pasar senggol. Di dalam Quiggins dapat ditemukan berbagai barang bekas dari mulai wajan, kompor, baju, kosmetik, kostum pesta sampai dengan wig ala the Beatles. Di seberang Quiggins, terdapat satu bangunan yaitu toko fashion dengan nama Dodo, harganya relatif murah, cocok dengan kantong para mahasiswa, walaupun begitu pakaian-pakaian tersebut bukanlah pakaian bekas. Selain pakaian, dapat juga ditemukan sepatu dan juga tas di dalam toko tersebut.
Hal lain yang juga membuat kami betah tinggal di Liverpool, adalah keramahtamahan mereka, walaupun kadang justru keramahtamahan mereka sering dipandang kampungan oleh beberapa orang teman. Masyarakat Liverpool baik yang muda maupun tua, tidak pernah merasa bahwa sebuah sapaan di pagi hari maupun senyuman bagi orang asing merupakan hal aneh maupun kampungan. Sering kali justru, saat kami sedang mengambil beberapa jepretan foto di sudut kota, anak-anak kecil sampai remaja ikut andil menjadi obyek bidikan kamera kami. Mungkin ini yang disebut sebagai kampungan oleh beberapa orang teman. Sementara kami, menganggap hal itu sebagai keramahtamahan dan sikap welcome terhadap para pendatang seperti kami.
*****
Perubahan yang terjadi dalam kota Liverpool dapat dikatakan sangat cepat, karena banyaknya berbagai program yang digulirkan baik oleh pemerintah lokal maupun pemerintah pusat. Perkembangan yang pesat ini merupakan bagian dari usaha pemerintah dalam program urban regeneration kota Liverpool. Walaupun begitu, kota Liverpool tetap menjaga akar budaya dan warisan sejarah mereka. Kota Liverpool mengkombinasikan antara yang lama dan yang baru dalam gaya arsitekturalnya. Dan hal ini memberikan sebuah karakter tersendiri pada kota Liverpool, terlebih pada beberapa tempat wajib kunjung bagi para turis.
Salah satu tempat yang dapat digunakan sebagai tujuan wisata adalah Albert Dock yang mulai direnovasi sejak tahun 1980-an, dan masih saja dilaksanakan pengembangannya pada daerah waterfront yaitu sebagai usaha pemerintah dalam menyediakan fasilitas untuk shopping dan leisure. Di dalam area Albert Dock ini, juga diakomodasikan beberapa museum, seperti misalnya Museum Merseyside Maritime dimana di dalamnya terdapat sajian adventurous tentang tenggelamnya Kapal Titanic, serta Tate Galery yang menyajikan berbagai koleksi seni dari modern sampai kontemporer. Selain itu ada dua museum lain yang juga menjadi kunjungan utama bagi turis,
Di Albert Dock juga terdapat plaza yang cukup luas, dengan beberapa bangku berderet di sepanjang tepi sungai
*****
Sejak The Beatles pertama kali muncul sampai dengan kepopulerannya pada tahun 1960-an,
Berbicara mengenai seni, tentunya tidak terlepas dari dunia panggung dan teater. Bagi para pecinta seni teater, ada beberapa pertunjukan seni teater atau opera yang dipertontonkan pada The Everyman Theatre dan juga The Playhouse. Kedua teater tersebut biasanya menyajikan pertunjukkan hasil karya mereka sendiri dan karya-karya drama yang bergaya kontemporer. Lain halnya dengan The Empire, yang kebanyakan menampilkan pertunjukkan-pertunjukkan opera dan balet yang terkenal dari Broadway, seperti lakon The Phantom of The Opera karya Andrew Lloyd Webber, Jesus Christ Superstar, Le Miserable, Miss Saigon dan masih banyak lagi. Tidak sedikit para pengunjung dari kota-kota sekitar Liverpool seperti
Bagi para turis yang sudah terlalu lelah berjalan, dan ingin menyantap makanan, jangan khawatir karena berbagai jenis restoran dapat ditemukan di
Pada salah satu sudut
No comments:
Post a Comment