Wednesday, June 08, 2005

Kompas Mei 2005 >> Konsep Row Chester

Konsep “Rows” di Kota Chester

Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning

Arsitek, Penulis, Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta

Melihat sebuah kota, bagaikan melihat sesuatu yang menyenangkan. Bagaimana pun juga, kota merupakan pemandangan yang mempunyai arti tersendiri. Kevin Lynch seorang arsitek dari Chicago menyatakan hal tersebut dalam salah satu bukunya. Lynch juga memaparkan bahwa sebuah kota layaknya karya arsitektur, yang terbentuk dari ruang-ruang dalam skala besar. Sebuah kota dapat memberikan image tersendiri bagi setiap orang yang melihatnya, terlebih bagi orang-orang yang tinggal di dalamnya. Dalam hubungannya dengan identitas dan mental image sebuah kota dapat mencerminkan sebuah kualitas fisiknya dimana hal tersebut dipancarkan dari setiap elemen pembentuk kota, dari mulai bangunan, ruang-ruang yang dibentuk bangunan tersebut sampai dengan jalan-jalan yang terbentuk diantaranya.

Berbicara mengenai kota yang dapat menjadi image dan identitas baginya, Kota Chester menjadi salah satu kota yang dapat diambil sebagai contoh kasusnya. Kota Chester merupakan salah satu kota bersejarah di Inggris, yang dikenal sebagai kota hitam putih. Bangunan berwarna hitam putih yang berjajar di sepanjang jalan pusat kota Chester memberikan suasana tersendiri baik bagi para pengunjungnya maupun masyarakat yang tinggal di dalamnya.

Kota Chester yang penuh dengan kejutan-kejutan ini terkenal konsep galeri pertokoannya yang disebut sebagai Rows. Selain itu Chester juga banyak mempunyai aspek-aspek estetika diantaranya keberadaan jalan-jalan tua dan lorong-lorong serta koridor di dalam area pusat kota, katedral dengan dinding batu berwarna merah atau dikenal dengan redstone, Roman amplitheater, lapangan tempat latihan pacuan yang bersejarah dan banyak rumah-rumah bergaya Georgian dan Victorian ditemukan di setiap sudut kota Chester.

Pusat Kota Chester terbentuk dari empat jalur utama yaitu Watergate Street, Eastgate Street, Brigde Street dan Northgate Street. Keempat jalan utama tersebut bertemu di titik pusat kota Chester yang dikenal sebagai High Cross. High Cross tersebut merupakan persimpangan pusat perbelanjaan tua dimana jalur jalanan peninggalan Roman saling bersimpangan. Easgate Street dan Watergate Street merupakan jalur yang membentang dari timur ke barat menurun ke arah pelabuhan tua, yang mengikuti jalan tua Via Principalis. Sementara itu Nortgate Street dan Brigde Street membentang dari utara ke selatan menuju ke arah jalan tua Via Praetoria.

Konsep pusat perbelanjaan di Chester yang terkenal dengan sebutan Rows, merupakan sesuatu yang unik dari kota bersejarah ini. Konsep Rows tersebut membentang mengikuti kedua jalan tua Via Principalis dan Via Praetoria. Pada pusat perbelanjaan Chester tersebut, terdapat dua buah koridor yang saling tumpang tindih di atas dan bawah seperti rumah panggung. Dua buah Rows tersebut mengakomodasi pertokoan dan restoran dengan beberapa galeri di dalamnya. Galeri-galeri tersebut dapat dicapai dengan melalui tangga-tangga kayu yang disediakan pada setiap titik dari jalan-jalan utama sehingga membentuk sebuah shopping promenade yang atraktif bagi para pengunjung.

Walaupun dari tahun ke tahun, Kota Chester mengalami perbaikan dalam hal peningkatan kualitas fisiknya, namun konsep asli tetap tercermin pada setiap sudut kotanya. Terbukti pada beberapa bagian dari sisi jalan Watergate, Eastgate, Northgate dan Brigde Street, masih dipertahankan konsep Rows yang khas dari Kota Chester.

Walaupun konsep Rows tersebut masih dipertanyakan awal munculnya, namun sebagian besar pemerintah lokal setuju bahwa konsep tersebut mulai digulirkan antara abad 13 sampai awal abad 14. Pada saat itu konsep pertokoan terdiri dari elemen pilar-pilar elegan dari batu menurun ke bawah yang biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan atau gudang, serta kebanyakan para pemilik toko berpenghasilan tinggi membangun tempat tinggal pada unit di atasnya. Pada beberapa kasus, lantai atas menjadi area untuk pertokoan yang lebih kecil, sementara akomodasi untuk hunian terletak di bagian belakangnya. Pertokoan pada lantai atas tersebut dapat dicapai dengan tangga dari arah keempat jalan utama. Dari waktu ke waktu, beberapa galeri yang saling berhubungan dibangun sehingga pada pertengahan abad 14, terdapat pusat perbelanjaan yang berkesinambungan pada lantai atasnya.

Pada abad pertengahan, beberapa jenis perdagangan mulai masuk dan berpindah ke Kota Chester, beberapa diantaranya menempati blok-blok yang khusus, sehingga membentuk Rows baru. Beberapa diantaranya yaitu Ironmongers Row, Cooks Row dan Shoemakers Row yang ketiganya merupakan pengusaha dairy products. Ketiga Rows tersebut menempati sepanjang jalan Northgate Street dan Eastgate Street, sementara itu Fleshmongers Row diakomodasikan pada sepanjang jalan Watergate Street.

Pada beberapa waktu pertokoan pada lantai atas yang semula hanya terdiri dari ruang-ruang dengan konstruksi kayu dilengkapi dengan jendela-jendela penutupnya. Sampai akhirnya pada abad 18, area pertokoan pada lantai atas tersebut dikenal sebagai Pepper Alley yang juga disebut sebagai ‘hot spot’ atau daerah yang selalu bermasalah karena memiliki reputasi yang buruk setelah senja menjelang. Namun dengan adanya berbagai program dari pemerintah lokal dan sejalan dengan waktu, maka beberapa titik penting pada pusat perbelanjaan di Kota Chester diperbaiki sesuai dengan program konservasi kota lama. Dengan digulirkannya program konservasi di Kota Chester tersebut, secara otomatis kualitas fisik kota juga meningkat sehingga semakin menarik para turis untuk berkunjung. Konsep Rows yang terkenal tersebut, menjadi salah satu alasan para pengunjung lokal maupun dari luar kota.
Beberapa daerah berubah menjadi ’shopping arcade’ dan ’walkways’ yang atraktif. Konsep Rows yang ada juga ditingkatkan dengan disediakannya jalur pedestrian di bawahnya.

No comments: