Menyelami Keberadaan Jalan-Jalan Tua di Toledo
Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Arsitek dan Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta
Dalam setiap perencanaan kota, jalan merupakan satu dari sekian banyak elemen kota yang harus didisain secara matang. Seharusnya pada saat pertama kali perencanaan pengembangan jalan diimplementasikan, mulailah dengan pertanyaan “Apa yang akan terjadi dengan jalan ini?“. Jalan harus dirancang untuk dapat menampung dan sesuai dengan aktifitas yang terjadi di atasnya. Hal ini dikarenakan jalan merupakan satu elemen pembentuk kota. Keberadaan jaringan jalan di kota, khususnya kota tua dapat memunculkan karakter tersendiri bagi kota tersebut. Satu dari sekian banyak kota tua yang memiliki karakter tersebut adalah kota Toledo.
Toledo tidak seperti Madrid, ibukota resmi Spanyol. Namun Toledo dianggap sebagai ibukota Spanyol secara spiritual. Hal ini dikarenakan Raja Philip II yang merupakan pencetus konsep geometris monarki tidak menerima Madrid sebagai ibukota Spanyol yang resmi. Toledo dianggap sebagai ibukota spiritual Spanyol, karena pada saat tersebut Raja dan Ratu yang beragama Katolik tersebut berusaha menemukan jatidiri Spanyol dengan menyatukan seluruh masyarakatnya yang loyal tanpa ada pengaruh dari kaum Hebrew dan Moorish.
Toledo merupakan kota yang terbuka bagi semua suku, bangsa dan agama. Di kota inilah para pendatang berimigrasi dan berbaur dengan penduduk asli serta kemudian melahirkan sejarah Spanyol. Akan sulit melihat Toledo dari keaslian secara ras maupun geometrisnya. Di kota ini dapat ditemukan penjelasan akan karakter dari negara Spanyol yang diwakilkannya. Di kota ini juga garis utama sejarah Spanyol dapat diungkapkan.
Satu dari sekian banyak hal yang dapat mengungkapkan kualitas arsitektur bersejarah kota Toledo adalah keberadaan jalan-jalan tua yang membentuk lorong. Berjalan kaki dan momen meditasi saat melalui jalan-jalan tua di Toledo, merupakan 2 aktifitas yang tidak dapat terpisahkan. Pengunjung yang berjalan menjelajahi area pusat kota Toledo dan melewati jalan-jalan tuanya mungkin akan tersesat. Saat-saat melalui pengalaman ruang pada jalan-jalan tua tersebutlah, maka sensasi-sensasi yang berbeda itu akan muncul pada setiap orang yang melaluinya. Rasa kebingungan akan muncul dengan sensasi yang berbeda-beda saat pengunjung mencoba mencari jalan keluar diantara lika-likunya lorong-lorong tua. Pengalaman ruang arsitektural yang dirasakan juga akan berbeda pada setiap orang yang melewatinya. Hal inilah yang menjadi karakter bersejarah Kota Toledo dengan keberadaan jalan-jalan tua atau lorong tuanya tersebut.
Lorong tua di Toledo memberikan misteri yang mendalam bagi setiap orang yang berjalan di dalamnya. Kedua sisi kiri dan kanan jalan-jalan tua tersebut sebagian besar diapit oleh bangunan-bangunan tua dengan bata merahnya menjulang tinggi. Keberadaan sosok-sosok bangunan tua di kedua sisi jalan tersebut memberikan kesan seakan-akan jalan-jalan tua tersebut seperti koridor sebuah bangunan besar.
Tidak mengherankan bila pada akhirnya pengunjung akan menancapkan sebuah kesan baginya bahwa hal yang menarik saat menjelajahi koridor tua tersebut adalah bila tersesat. Hal lain yang juga menarik adalah bahwa jalan-jalan tersebut tidak semuanya memiliki nama. Karena bagi penduduk nama jalan bukan menjadi hal yang penting. Terkadang bahkan fasade dari rumah dan bangunan yang menjadi tetenger juga tidak penting. Justru suasana dan pengalaman ruang arsitekturnyalah yang dapat membedakan jalan-jalan tua tersebut. Beberapa jalan ditandai dan diakhiri dengan beranda kecil atau bahkan alun-alun kecil sebagai tetenger. Namun pada dasarnya seluruh jaringan jalan-jalan tua tersebut akan berakhir pada alun-alun besar yang dikenal dengan Zocodover Square. Tempat ini dikenal sebagai jantung kota Toledo karena di Zocodover Square ini lah seluruh aktifitas kehidupan kota Toledo dimulai dan diakhiri. Pengunjung tidak akan dapat menemukan tempat yang lebih baik dari alun-alun ini, karena di Zocodover Square dapat diungkapkan segala rahasia yang tersembunyi dari kota Toledo.
Mengikuti salah satu jalan keluar dari alun-alun Zocodover, mengarahkan pejalan kaki menuju alun-alun tertua di kota Toledo, menuju ke sudut kota dimana sejarah Toledo diungkapkan. Toledo dapat dikatakan sebagai kota yang introvert – kota yang menyembunyikan dirinya seperti seekor ulat yang bersembunyi di dalam selubung kepompongnya. Untuk alasan ini, beranda yang memperlihatkan pengaruh peradaban Latin, yang mempunyai tampilan arsitektur secara geometris, mempunyai atmosfer yang unik di Toledo. Beranda di Toledo tidak bercorak dan variatif seperti di Andalusia, namun lebih kepada melihat aspek fungsionalnya.
Saat kembali di alun-alun Zocodover, dan matahari mulai terbenam, waktu inilah yang menjadi waktu utama di Toledo. Karena kota Toledo, seperti Venesia, Istambul, salah satu kota yang memberikan pengalaman bagi pengunjungnya secara personal dan khusus untuk menikmati indahnya sensasi saat matahari baru saja membenamkan diri.
No comments:
Post a Comment