Monday, December 27, 2004

non published 01- 2004 >> Rumah Morphosis

Rumah Morphosis

Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning


Sebagai seorang arsitek, banyak hal yang dapat saya amati pada perkembangan pembangunan Negara kita ini, khususnya di kota Jakarta. Anda pasti sudah sangat terbiasa dengan munculnya berbagai macam real estate di kota Jakarta sampai dengan daerah pinggiran kota. Real estate yang disediakan untuk masyarakat urban dari mulai tipe paling sederhana sampai dengan paling mewah. Rumah-rumah yang disediakanpun biasanya tidak hanya tergantung dari disain pengembang, namun kadang dibebaskan pada sang pemilik rumah, sehingga kebanyakan akhirnya saat ini para pembeli hanya membeli kavling-kavling yang disediakan untuk kemudian dibangun sesuai dengan ide maupun selera mereka. Bagi mereka yang sudah terlanjur membeli kavling beserta rumah diatasnya, biasanya tidak akan tinggal diam hanya menghuni rumah tersebut tanpa ada perombakan-perombakan baik kecil maupun besar. Perombakan hunian real estate tersebut biasanya disebabkan oleh beberapa alasan tertentu, dari mulai meningkatnya kebutuhan ruang, selera dari penghuni yang berubah, rasa bosan dengan desain rumah yang lama, munculnya ide-ide baru serta adanya trend gaya rumah yang selalu berkembang.

Kebutuhan akan arsitek pada masa sekarang ini sudah relatif dikenal, namun profesi arsitek yang seharusnya dapat disejajarkan dengan profesi-profesi lainnya seperti dokter spesialis dan pengacara nampaknya belum banyak mendapatkan tempat di masyarakat. Masyarakat masih mengganggap kalau harga jasa seorang arsitek masih terbilang relatif sangat tinggi Sehingga masih sangat sedikit masyarakat yang menggunakan jasa arsitek dalam merencanakan dan mendisain rumah tinggal. Mereka hanya melihat dan mencontoh bentuk rumah yang sudah ada. Hal ini membuat beberapa dampak, diantaranya adalah dengan munculnya perencanaan dan perancangan rumah yang kurang tepat atau tidak efisien misalnya. Tetapi di lain pihak sudah banyak muncul rumah-rumah dengan disain yang unik dan secara estetis enak dipandang mata di dalam kawasan real estate, yang pastinya dibantu oleh seorang arsitek dalam proses perancangannya. Walaupun pada akhirnya, pemilik rumah juga berhak memberikan ide atas selera-seleranya, yang akan diwujudkan dalam bentuk tiga dimensi oleh sang arsitek.

Di dalam artikel ini, saya akan coba sajikan sebuah rumah standar real estate yang ada di bilangan Bintaro Jaya Sektor 2, yang kemudian sejalan dengan perkembangan disain arsitektur berubah sedikit demi sedikit, bermorphosis sampai akhirnya menjadi gaya rumah modern. Rumah di jalan Parkit, dengan luas kurang lebih 100 meter persegi ini, awalnya merupakan rumah standar satu lantai dengan luas kurang lebih 70 m2, yang dibeli oleh pasangan muda Rommy Putranto Wibowo dan Verastiwi Scundarvanti. Dengan luas yang ada, nampaknya kebutuhan akan ruang masih relatif sangat kurang bagi mereka, mengingat sang suami merupakan eksekutif muda yang juga memerlukan ruang kerja, sehingga kamar di lantai bawah selain digunakan sebagai kamar tamu, juga dirubah menjadi ruang kerja. Dengan munculnya kebutuhan baru ini, rumah direnovasi dengan menambah dua buah kamar dan satu buah WC dengan membuat lantai dag di atasnya. Dua buah kamar baru digunakan sebagai Kamar Tidur Utama, dan Walking Closet. Masih dengan standar real estate, gaya rumah itu sendiri masih belum berubah jauh. Tampak rumah masih terlihat sama dengan rumah-rumah disamping kiri kanannya, hanya saja sudah berlantai dua.

Setelah beberapa tahun mendiami rumah tersebut, berbagai macam ide berkecamuk di kepala pasangan tersebut, terutama ide-ide dan keinginan dari sang istri, yang berselera untuk merubah gaya rumah menjadi lebih terlihat simple dan modern. Dengan berbekal majalah arsitektur dan interior dari luar negeri yang saat ini banyak dijual, Tiwi mencoba untuk merangkum ide-ide dikepalanya agar dapat diwujudkan. Beberapa kali pasangan muda ini mencoba untuk berkonsultasi dengan saya, mengenai fee arsitek, yang seperti saya sampaikan sebelumnya, bahwa masih banyak masyarakat yang menganggap profesi arsitek itu relatif sangat mahal. Dan hal ini terbukti salah satunya dari tanggapan pasangan muda ini, bahwa ternyata menurut mereka sejumlah uang tersebut rasanya tidak worthy kalau harus dikeluarkan hanya untuk jasa seorang arsitek. Pada akhirnya ada beberapa solusi yang dapat disampaikan, dimana salah satunya adalah, bila anda ingin disain rumah yang indah tanpa harus mengeluarkan dana untuk jasa arsitek, anda dapat gunakan pemborong/ mandor yang memang sudah terpercaya dan terbiasa dengan disain-disain yang relatif cukup rumit, sehingga diharapkan hasil jadi dari disian tersebut juga tidak mengecewakan.

Hal tersebut dibuktikan oleh Tiwi dan Rommy, dengan budget kurang lebih 60 juta rupiah, mereka merenovasi total tampak dan image dari rumah yang ada dengan referensi dari beberapa majalah arsitektur dan interior. Dan hasilnya, memang tidak mengecewakan, sebuah rumah bergaya modern, simple, minimalism mengubah image dan tampak yang dulunya sangat standar. Bagaimana pengalaman ruang yang sudah saya alami di dalamnya, mungkin dapat saya uraikan satu persatu apa adanya.

Ketika saya memasuki rumah di jalan Parkit ini yang saat itu senja sudah mulai menyelimuti Jakarta, kesan yang dapat ditampilkan olehnya adalah transparan dan juga terbuka, apalagi saat seluruh lampu-lampu dinyalakan. Hal ini terlihat karena beberapa bidang rumah dilapisi oleh kaca bening dari atas sampai bawah, yang didalamnya dilapisi oleh krey penutup dan roman blind curtain yang selalu dibuka selama ada penghuni di dalamnya. Oleh karenanya semua isi rumah dapat terlihat dari luar, hal ini menggambarkan karakter apa adanya dan terbuka dari si penghuni rumah. Beberapa unsur kayu terlihat dikombinasikan diantara bidang-bidang kaca tersebut, yaitu adanya jendela kaca di ujung kanan dari bidang kaca. Yang unik dari jendela kaca ini adalah, tidak adanya kusen yang digunakan sebagai penyangga engsel jendela. Dan tidak hanya jendela di tampak muka itu saja, tetapi seluruh jendela dan pintu tidak menggunakan kusen, karena engselnya langsung tertancap di ring balok dan lantai, sehingga bukaan jendela dan pintu dapat dikuakkan selebar 90 derajat.

Masih berbicara di ruang terbuka, yaitu di area taman depan dan carport, beberapa elemen material yang digunakan cukup sederhana. Seperti pintu pagar, disain yang ditampilkan sangat minimalis, namun dengan keminimalisannya tersebut, justru malah memperlihatkan gaya modern. Garis-garis vertikal dan finishing cat berwarna abu-abu dari pagar menambah kesan modern dari rumah ini. Di atas carport, kanopi penutup masih menggunakan bahan, pola dan finishing cat yang sama dengan pagar. Di atas rangka besi plat, dihamparkan penutup fiberglass yang dikenal sebagai impralon. Selain itu, finishing dinding yang hanya dikamprot dengan cat berwarna abu-abu, mungkin dapat menjadi ide tambahan, karena kesan yang diberikan terasa lebih cool.

Memasuki area semi publik yaitu ruang tamu, terlihat sebuah sofa warna merah menyala menjadi eye catcher pada saat memasuki pintu utama. Sebuah cermin besar terpasang di atas sofa merah menghiasi salah satu bidang ruangan yang berhadapan dengan pintu masuk. Mungkin bagi pasangan Rommy dan Tiwi, adanya cermin yang diletakkan berhadapan dengan pintu masuk ini tidak mempunyai filosofi ataupun makna apapun selain hanya ide untuk memberikan kesan memperluas ruang tamu yang memang relatif kecil. Namun di dalam arsitektur, ada filosofi yang dikenal sebagai feng shui, beberapa orang tidak mempercayainya, namun banyak juga yang menerapkannya, karena banyak alasan-alasannya yang memang dapat diterima dengan akal. Sebagai contohnya pemasangan cermin yang berhadapan dengan pintu masuk, secara feng shui, kurang tepat, karena di dalam filosofinya cermin dapat memantulkan rejeki yang baru saja masuk ke dalam rumah melewati pintu utama, sehingga rejeki yang diterima rumah tersebut dapat tersendat. Di lain pihak secara ilmu arsitektur, cermin dapat digunakan sebagai elemen yang dapat memantulkan ruang di depannya, sehingga ruang disekitarnya terasa lebih luas, namun dengan adanya pantulan ruang-ruang di depannya, memberikan rasa tidak nyaman bagi penghuni. Hal ini dikarenakan, orang luar dapat melihat isi di dalam rumah pada saat berdiri di depan pintu utama melalui cermin yang berhadapan dengan pintu utama. Dengan kondisi seperti itu, maka privasi penghuni rumah menjadi agak terganggu, walaupun pada akhirnya hal tersebut tergantung kepada pemilik rumah, yang memang mempunyai ide rumahnya seperti show room, transparan apa adanya. Kelemahannya adalah, jika ada tamu yang datang, penghuni rumah yang sedang bersantai di ruang keluarga, memakai daster ataupun celana pendek, akan menjadi tidak nyaman saat terlihat oleh tamu tersebut melalui cermin.

Tepat di hadapan ruang tamu, terdapat tangga utama menuju ke lantai dua, yaitu ke kamar tidur utama, walking closet dan kamar mandi utama. Keberadaan tangga yang tepat berhadapan dengan sofa ruang tamu, mungkin dimaksudkan agar lebih efisien dan efektif, namun secara tata ruang, kurang tepat. Karena sifat ruang tamu yang semu publik dan tangga yang memang diperuntukkan bagi penghuni bersifat privat. Sebagai contoh misalkan ada tamu yang sedang bertandang ke rumah dan duduk di sofa, sementara itu ada penghuni lain di atas, yang ingin turun ke bawah, akan merasa kurang nyaman karena saat turun harus berhadapan dengan ruang tamu. Tetapi elemen tangga tersebut, memang mungkin didisain sedemikian rupa agar dapat menjadi eye catcher dari ruang tamu, karena material yang digunakan merupakan perpaduan dari elemen kayu dan plat besi, yang secara arsitektural terlihat indah dipandang.

Dari seluruh ruangan yang ada, beberapa elemen yang terlihat sangat dominan adalah penggunaan beberapa perabot dari IKEA. Dari mulai lampu lampion di ruang tamu, lampu gantung di ruang makan, sampai dengan tempat lilin, vas bunga dan berbagai pernak pernik lainnya. Hal ini dikarenakan sang istri senang mengkoleksi berbagai perabot dari IKEA, dimana bentuk dan modelnya sangat simple dan minimalis, sehingga dapat menunjang gaya rumah yang modern.

Dari seluruh paparan di atas, ada beberapa hal inti yang dapat saya sampaikan disini, yaitu bahwa sebuah disain rumah mungkin saja tidak harus dihasilkan oleh seorang arsitek, telah terbukti dengan sosok rumah keluarga Rommy Putranto Wibowo di bilangan Bintaro Jaya Sektor 2 ini. Namun, tetap saja dalam proses disainnya, tidak dapat melupakan berbagai filosofi arsitektural yang tentu saja hanya arsitek saja yang dapat memberikan solusinya. Untuk itu bila anda tidak ingin menyewa jasa arsitek karena fee-nya yang relatif sangat tinggi, tetap saja anda harus berkonsultasi dengan arsitek dalam proses disainnya. Banyak konsultasi gratis yang dapat diberikan arsitek, diantaranya dengan adanya rubrik-rubrik di majalah maupun tabloid mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan disain arsitektur maupun interior. Akhirnya hanya satu yang dapat saya katakan, semoga saja arsitek-arsitek di Indonesia tetap dapat berjaya walaupun masih belum banyak yang dapat menggunakan jasanya. Ironis sekali, sudah sekolah di arsitek sebegitu lamanya, kalau sampai akhirnya ilmunya tidak dapat dihargai secara menyeluruh oleh masyarakat.

Jakarta, Juli 2004

No comments: