Tuesday, December 21, 2004

a+ september 2004 >> +Fazio

Fazio: Menuju Lawatan Masa Depan

Teks: Ari Widyati Purwantiasning
Dipublikasikan di majalah a+ september 2004

Saat pertama kali saya menginjakkan kaki ke gedung Entertainment X’nter, hanya sekedar untuk windows shopping, saya melihat satu gerai di lantai dasar yang mencolok dengan bidang vertikal warna merahnya. Bidang tersebut bertuliskan FAZIO membentang dari
bawah ke atas. Pada waktu itu entah mengapa tetapi eye cacther yang diberikan, membawa imajinasi tersendiri di dalam kepala saya. Yang terbersit saat itu Fazio adalah sebuah café. Saya sendiri juga tidak memperhatikan sampai detail, melihat ke dalam ruangan melalui bidang transparan dari façade. Saya hanya berpikir dan menyimpulkannya secara sederhana karena pada lantai yang sama, Fazio terderet dengan beberapa gerai café dan bakery.

Saat kedua kalinya saya melewati Fazio, baru selintas saya melihat adanya billboard produk komestik. Bersamaan dengan itu saya coba untuk melongok ke dalam di balik kaca façade, dan barulah saya menyadari bahwa Fazio adalah sebuah salon kecantikan, karena adanya deretan kursi-kursi dan cermin-cermin berbentuk bundar yang tertempel pada bidang transparan di hadapannya. Dan hal ini diyakinkan beberapa minggu kemudian saat saya diminta Anggoro menulis artikel tentang salon kecantikan Fazio untuk kolom pondasi.

Fiuh, akhirnya saya punya kesempatan juga untuk menyelesaikan artikel ini dengan deadlinethanks a lot to Anggoro, :P. yang diberikan, Saya sempat juga agak clueless, saat diberi tugas ini dengan hanya diberikan beberapa lembar foto interior Fazio. Sementara itu saya harus menuangkan pengalaman ruang saya di atas beberapa lembar kertas. Beberapa kali saya coba hubungi contact person di Fazio, dan akhirnya saya berhasil menemui pihak manajemennya untuk sedikit mengobrol tentang konsep Fazio.

Berdasarkan penuturan Harris Turino, Fazio didirikan bersamaan dengan dibukanya gedung Entertainment X’nter pada bulan Februari 2004. Fazio merupakan pengembangan dari salon Kleo milik Susy Turino dan Pieter Christ yang berlokasi di Melawai, dimana orientasi pasarnya sedikit berbeda dengan Kleo. Fazio lebih menekankan pada pasar remaja usia 17 tahun ke atas, para eksekutif muda dan selebritis, namun tidak menutup kemungkinan juga bagi para wanita dewasa yang berani tampil beda menjadi trendsetter untuk gaya rambut kawula muda. Tidak heran bila konsep yang disajikan pada atmosfer interiornya dapat mewakili jiwa remaja yang dynamic dan energic.

Dengan mempercayakan disain interiornya pada sebuah konsultan interior, Fazio didisain dengan mengambil tema modern, minimalis dan futuristik. Konsep ini dipilih sesuai dengan kata Fazio sendiri yang berasal dari kata Fashionette yang mengutamakan perkembangan fashion. Mungkin akan lebih terbayang bagaimana suasana di dalamnya bila saya ungkapkan satu persatu pengalaman ruang yang saya rasakan.

Seperti yang telah saya paparkan sebelumnya, ketika saya mulai memasuki Fazio, terdapat eyecatcher berupa bidang vertikal berwarna merah dengan tulisan Fazio berukuran relatif besar berwarna orange membentang dari bawah ke atas. Sementara itu di sebelahnya terdapat pintu masuk utama yang agak tersamar di antara bidang transparan pada façade depan, karena bentuk handle pintunya yang tidak cukup jelas terlihat mata. Di atas pintu masuk terdapat sebuah bidang menonjol keluar selebar dengan pintu masuk utama dilengkapi dengan moving segn welcome yang menampilkan berbagai events yang sedang berlangsung di Fazio. Bidang menonjol tersebut seolah-olah berfungsi sebagai kanopi bagi main entrance seperti layaknya sebuah bangunan. Bergeser ke sebelah kiri dari pintu masuk, di atas bidang transparan kaca, terpasang beberapa unsur bidang horisontal yang berukuran seperti balok-balok kayu membujur dari dalam ruangan menembus kaca keluar. Keenam jajaran balok tersebut berwarna merah yang ditata berderet, seolah-olah berperan sebagai asesoris façade yang memancarkan cahaya dari sinar lampu halogen di dalamnya. Sinar halogen tersebut akan memancar menyinari bidang transparan kaca.

Melangkah dan memasuki pintu utama, saya telah berada di dalam ruangan salon yang terasa berbeda atmosfernya dengan salon-salon yang pernah saya kunjungi. Kesan futuristiknya muncul pada setiap bidang di dalam ruangan. Seluruh ruangan secara hirarki terbagi menjadi tiga daerah utama. Daerah pertama yang saya pijak adalah ruang semi publik, yang digunakan sebagai ruang tunggu tamu, resepsionis dan kasir. Ruang tunggu yang ada dilengkapi dengan sebuah sofa berbentuk seperti rangkaian bantal-bantal bundar berwarna merah. Ketika saya mencoba untuk merasakan duduk di atas sofa tersebut, sepertinya kok tidak nyaman sekali, tetapi saya cukup mengerti dengan tujuan disediakan sofa tersebut. Karena pasti sang pemilik mencoba meletakkan sofa tak nyaman itu agar para tamu tidak berlama-lama duduk di sana. Seandainya saja sofa itu cukup nyaman diduduki, tidak saja banyak tamu yang betah duduk dan tidak segera beranjak, sehingga tamu yang datang akhirnya tujuannya tidak hanya untuk keperluan mempercantik diri, tetapi untuk bermalas-malasan duduk di sofa tersebut. Sementara itu pada bagian kasir, terdapat penebalan dinding yang diberikan sentuhan warna merah menyala. Keberadaan penebalan dinding tersebut semakin terlihat saat empat buah lampu halogen mulai memancar dari atas. Yang lebih unik lagi, meja counter digantung dari plafond atas, seakan-akan ada benda dari langit yang jatuh ke bawah. Di atas meja counter dipasang tiga buah track lampu sorot membentuk bidang segitiga yang juga tergantung dari plafond, masing-masing track terdiri dari tiga buah lampu sorot yang memancarkan sinar ke arah meja counter.

Tepat di depan sofa merah terbentang lembaran vitrage yang digantung dari atas menjuntai ke lantai. Vitrage ini membatasi ruang semi publik ke ruang privat yang merupakan ruang utama salon, dimana para customer siap untuk dilayani sesuai dengan pilihan jasa yang disediakan. Vitrage yang bersifat semi transparan tersebut juga dimaksudkan agar ruangan tidak terkesan tertutup sehingga dapat menimbulkan perasaan terkungkung tak nyaman bagi customer. Dari ruang tunggu, isi di dalam ruang privat yang menampung kegiatan utama dapat terlihat secara samar. Selain sebagai pembatas ruangan, vitrage juga difungsikan sebagai layar proyeksi dari sinar yang dipancarkan proyektor yang diletakkan di atas pintu masuk. Dari proyektor ini ditayangkan berbagai sajian events yang dapat dinikmati oleh customer yang sedang berada di ruang tunggu maupun customer yang berada di dalam ruang utama melalui pantulan dari cermin di hadapan mereka. Selain itu sajian pada lembaran vitrage juga dapat terlihat dari luar salon, dimana pengunjung Entertainment X’nter yang kebetulan sedang melewati Fazio dapat melihat sajian tersebut melalui kaca transparan façade.

Suasana futuristik lebih terasa, saat saya mulai melangkah ke dalam yang merupakan daerah privat. Beberapa cermin tergantung pada bagian tengah ruangan seolah-olah bagaikan sebuah galaksi tersendiri. Cermin bundar tersebut tergantung dari plafond ruangan dengan menggunakan besi metal yang dapat ditarik naik turun sesuai dengan keinginan. Di hadapan cermin-cermin tersebut terdapat kursi-kursi bagi customer, dan dua kursi bagi customer yang sedang menunggu giliran. Pada bagian atas dari tengah ruangan ini, terdapat drop ceiling berbentuk elips yang sepertinya terbuat dari stainless steel. Di sepanjang drop ceiling ini terpancar sinar yang dikeluarkan dari lampu halogen yang melingkar mengikuti bentuk elips drop ceiling. Sementara itu pada bagian dalam dan luar drop ceiling plafond dibiarkan terbuka, dengan mengekspos beberapa ducting AC dan juga pipa-pipa plumbing. Seluruh instalasi tersebut dibuat menjadi lebih menarik dengan memberikan finishing cat warna hitam pada seluruh pipa maupun permukaaan dag betonnya. Dengan adanya warna hitam tersebut, maka keberadaan drop ceiling di tengah ruangan yang berbentuk seperti cincin elips muncul lebih dominan.

Beralih pada bagian lantainya, lantai bagian dalam mengikuti bentuk elips seperti pada bagian plafond. Permukaan lantai di bagian tengah ruangan, diberikan lapisan tile berbentuk polkadot berwarna putih. Saya pikir tadinya polkadot tersebut adalah kancing-kancing baju yang ditanam di lantai, karena memang bentuk, ukuran dan warnanya mirip sekali dengan kancing baju, seandainya benar, berapa kilogram kancing yang ditanam di lantai tersebut? Wow! Luar biasa idenya! Peluran lantai berwarna abu-abu pada sekitar lantai elips tersebut, mendukung suasana minimalis dan futuristik dari salon Fazio. Peralihan material yang digunakan pada lantai juga terlihat harmonis.

Kedua mata saya alihkan pada bidang kiri dan kanan dari salon Fazio. Sesaat dalam benak sempat terucap fantastic juga ide yang diberikan oleh sang disainer interior mengingat pada kedua bidang seperti terlihat adanya bidang transparan dimana didalam dindingnya dipasang serangkaian pipa-pipa berdiri vertikal yang berderet dari mulai cermin pertama sampai pada cermin keenam. Di dalam dinding transparan tersebut juga dipasang lampu-lampu sehingga tekstur dan bentuk dari jajaran pipa tersebut terlihat dari dalam ruangan. Namun nampaknya imajinasi saya harus hilang, karena ternyata pada kedua bidang dinding kiri dan kanan ruangan privat tersebut dipasangkan hologram wallpaper bercorak garis-garis vertikal seperti pipa yang seolah-olah memperlihatkan pipa-pipa seperti yang terbayang dalam benak saya awal tadi. Sementara itu cahaya yang memancar dari kertas hologram tersebut terpancar dari cahaya neon yang berasal dari balik cermin yang memancar ke bidang tersebut. Dari bidang berhologram tersebut, terdapat enam buah kaca cermin masing-masing pada sisi kanan dan kiri, yang ditempelkan pada bidang kaca yang menonjol keluar seukuran dengan cerminnya. Kaca tersebut menerus dari lantai sampai dengan atas yaitu menyambung pada plafond stainless steel yang berbentuk elips di tengah ruangan. Di balik lembaran kaca-kaca tersebut digantung lampu-lampu gantung dari plafond yang berwarna hitam, sehingga nampak seperti bintang-bintang di langit.

Yang membuat saya berdecak kagum, pelayanan dari salon ini nampaknya memang diberikan semaksimal mungkin bagi para customer. Biasanya di salon-salon lain, hanya beberapa majalah lifestyle dan fashion saja yang tertumpuk di beberapa sudut untuk mengobati rasa bosan dari pelanggan yang sedang dilayani. Tetapi berbeda dengan Fazio, selain beberapa majalah yang terlihat tertumpuk, pada setiap cermin di hadapan pelanggan, di bagian bawah cermin dilengkapi dengan Liquid Crystal Display atau lebih dikenal sebagai LCD yang dapat dinikmati setiap orang dari mulai melihat video sampai dengan acara televisi. Pada setiap LCD juga dilengkapi dengan earphone. Salon tercanggih yang pernah saya kunjungi.

Sama dengan daerah semi publik dan privat yang dibatasi dengan lembaran vitrage, pada bagian belakang ruangan, dimana terdapat daerah servis, juga terbentang selembar vitrage yang tergantung memisahkan ruang privat dengan ruang servis. Masih dengan sifatnya yang semi transparan, dari ruang privat kegiatan di ruang servis dapat terlihat secara samar-samar. Pada daerah servis ini terdapat beberapa buah fasilitas untuk mencuci rambut yang diperuntukkan bagi customer sebelum melangkah pada tahap inti perawatan. Untuk melangkah ke daerah servis, terdapat perbedaan ketinggian lantai yang cukup berarti untuk membedakan hirarki dari ruang privat ke ruang servis. Lantai dari ruang servis inipun berbeda, tidak menggunakan finishing lantai pada umumnya, tetapi menggunakan lantai semi transparan yang terbuat dari kaca sunblasting di mana dari bawah kaca tersebut dibuat rangkaian pencahayaan yang sinarnya akan keluar melalui permukaan kaca guna menerangi ruang servis. Sementara itu bagian atas ruangan tidak terdapat satu titik cahayapun, karena cahaya yang keluar dari lantai sudah cukup memadai dalam menerangi kegiatan yang berlangsung di ruang ini. Bagian plafond, dibuat pola garis-garis seperti balok-balok beton yang berjajar dan diberi warna putih. Di belakang jajaran tempat cuci, menempel pada dinding belakang ruangan beberapa lemari built in yang berwarna abu-abu dan berbentuk seperti kapsul. Di dalam lemari kapsul itulah disimpan seluruh perlengkapan cuci. Sementara pada bagian kiri, kanan, dan bawah lemari terdapat beberapa lempeng kayu berbentuk bulatan berwarna abu-abu yang ditempel pada dinding yang berfungsi sebagai asesoris pemanis bidang dinding yang kosong.

Masih di dalam daerah servis, ada dua buah ruangan penunjang yang terdapat di sudut kiri dan kanan ruangan. Ruang pada sudut kanan berfungsi sebagai ruang penyimpan obat-obatan dan juga janitor, sementara ruang pada sudut kiri berfungsi sebagai dapur bersih/ pantry dan juga ruang duduk yang digunakan oleh karyawan Fazio.

Rasanya cukup puas juga pengalaman ruang yang saya alami di Fazio. Pengalaman ruang berbeda yang menurut saya konsep yang diinginkan oleh pemilik yaitu minimalis, modern dan futuristik sangat terasa di dalamnya. Suasana energic dan dynamic dari Fazio juga dapat mewakili keinginan dari pemilik.

Dari ungkapan pengalaman ruang di atas, pasti anda semua ingin segera berkunjung ke Fazio. Saya yakinkan pada anda bahwa dengan budget antara 100 sampai dengan 300 ribu rupiah, anda semua tidak akan merasa rugi menikmati pelayanan yang diberikan oleh Fazio dengan beberapa penata rambutnya. Apakah anda ingin merasakan bagaimana rambut anda ditata oleh penata rambut dari Singapore? Anda tidak akan kecewa dengan sentuhan tangan Vivian Kuit di Fazio. Atau mungkin juga anda dapat bertemu dengan penata rambut tamu yaitu Pieter Christ, Susy Turino ataupun Wim Soeitoe yang juga merupakan pendiri salon Kleo dan juga pemilik Fazio? Jangan sungkan-sungkan untuk mampir ke Fazio di lantai dasar gedung Entertainment X’nter, dimana di dalamnya anda dapat menikmati the distinctive ambiance dari suasana Fazio yang serba hightech. Saya yakin anda akan merasakan bedanya bila berada di dalam Fazio.


Jakarta
, Agustus 2004

No comments: