Metamorfosa Facade
Bangunan Tua
Teks dan Foto: Ari Widyati Purwantiasning
Arsitek & Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta
Konservasi dapat diartikan sebagai sebuah penghembusan nafas ke dalam sebuah bangunan tua, terutama yang mempunyai karakter sejarah dan arti bagi sebuah kota. Hal ini tentunya tidak dapat dibiarkan tanpa ada usaha untuk melestarikannya. Namun bangunan tua tersebut tidak hanya membutuhkan usaha pelestarian saja tanpa mengacu kembali pada fungsi asal dari masing-masing mahakarya bersejarah tersebut. Untuk itulah bangunan tua perlu untuk dihembuskan nafas sehingga sosok beton tersebut tidak lagi bagaikan onggokan semen yang mati, namun dapat tetap hidup dan memberikan imagenya sesuai dengan masing-masing karakternya.
Rypkema dan Tiesdell dalam bukunya tentang revitalisasi bangunan tua di perkotaan menyatakan bahwa bangunan-bangunan tua bersejarah, kebanyakan tidak memiliki utilitas yang memadai sehingga bangunan tersebut tidak layak maupun tidak mempunyai nilai jual sesuai dengan fungsi masing-masing. Kelemahan inilah yang menimbulkan sebagian besar bangunan tua pada akhirnya tidak difungsikan lagi sebagaimana mestinya.
Konversi Bangunan di Inggris
Dengan adanya masalah-masalah tersebut, muncullah berbagai usaha untuk menghidupkan kembali bangunan tua di beberapa negara yang memiliki peninggalan bangunan bersejarah. Salah satu contohnya adalah di negeri kerajaan Inggris terutama pada kota yang memiliki banyak bangunan tua seperti Kota Liverpool. Usaha yang dilakukan pemerintah lokal tidak hanya dengan revitalisasi maupun konservasi. Namun karena tingginya nilai jual bagi beberapa bangunan di pusat kota, maka pemerintah lokal mencoba untuk menggulirkan beberapa alternatif program.
Salah satu program yang ditawarkan adalah adanya kerjasama dengan beberapa pihak swasta yang perduli akan masalah konservasi. Dari sekian banyak pihak swasta yang melaksanakan program ini adalah Urban Splash yang mengerjakan pelestarian berbagai bangunan tua di Liverpool. Sesungguhnya banyak sekali bangunan bersejarah yang diabaikan di Liverpool dan mempunyai masa depan bagus serta dapat beradaptasi dengan fungsi baru (konversi bangunan). Oleh karenanya Urban Splash berusaha untuk memunculkan setiap karakter dan keunggulan dari masing-masing bangunan tua di Liverpool dengan fungsi baru.
Konservasi di Singapura
Hal yang serupa dilakukan oleh pemerintah Singapura dalam usahanya melestarikan situs-situs bersejarah tanpa harus membuangnya. Pelaksanaan program konservasi yang paling terkenal adalah pada sepanjang Sungai Singapura yaitu Boat Quay dan Clarke Quay. Sebelumnya, kondisi di area sepanjang tepi Sungai ini sangat kumuh dan sudah tidak layak lagi untuk dilihat maupun digunakan sebagai fasilitas. Pemerintah Singapura sebelumnya berencana untuk merobohkan bangunan-bangunan tua di sepanjang Boat Quay dan Clarke Quay dan menggantinya dengan bangunan-bangunan modern yang baru. Namun atas desakan dan masukan beberapa perencana, maka diambillah sebuah kebijakan untuk melestarikan bangunan-bangunan tua yang sudah tidak layak huni tersebut.
Bangunan-bangunan tua di sepanjang Boat Quay dan Clarke Quay disulap sedemikian rupa dengan sedikit rombakan pada facade bangunan dan juga bagian dalamnya. Fungsi-fungsi bangunan lama dirubah menjadi fungsi baru yang lebih menguntungkan bagi pemerintah Singapura dalam hal kepariwisataan. Jalur di tepian sepanjang Sungai ditutup bagi kendaraan bermotor sehingga ruang terbuka didepan bangunan tersebut berupa hamparan pedestrian bagi pejalan kaki, yang juga dipergunakan oleh beberapa kafe sebagai tempat makan terbuka. Aroma dari Sungai Singapura yang tadinya sangat bau menusuk dan berwarna hitam, dihilangkan dengan adanya pembersihan dan pemeliharaan dari pemerintah Singapura. Sungai ini tidak lagi menjadi sesuatu yang dihindari lagi, namun justru menjadi salah satu tempat atraksi bagi turis untuk berkunjung dan juga menjadi pemandangan bagi pengunjung kafe di sepanjang Sungai. Bangunan-bangunan lama dilestarikan dengan dirombak wajahnya tanpa harus merubah identitasnya, dan mengganti fungsinya menjadi kafe, restoran, bar ataupun toko-toko suvenir.
Kegiatan pelestarian wajah bangunan-bangunan tua di Singapura merambah di berbagai sudut kota. Pihak swasta pun juga ikut andil dalam kegiatan pemerintah Singapura ini dengan mengadakan kerjasama dengan pihak terkait sehubungan dengan pelestarian bangunan-bangunan tua. Beberapa bangunan tua yang disulap wajahnya diantaranya adalah Hotel Raffles yang terkenal dengan Hotel kelas mewahnya di area City Hall. Area China Town di Singapura juga dirombak facade-nya sehingga di sepanjang jalan tersebut bangunan-bangunan tua tersebut terlihat lebih cerah dengan warna warninya. Bangunan-bangunan tua tersebut dialihfungsikan sebagian besar sebagai bangunan komersil, diantaranya sebagai perkantoran dan juga rumah makan. Salah satu bangunan yang juga terkenal dengan wajah barunya adalah gedung MICA (Ministry of Information, Communication and Arts), yang dahulunya merupakan barak polisi. Gedung di Hill Street ini disulap wajahnya sehingga jendela-jendela pada facade-nya di buat berwarna warni.
Mempertahankan Taman Sari dari Kepunahan
Sementara itu di Indonesia kegiatan pelestarian bangunan-bangunan tua juga sedang marak digalakkan. Beberapa bangunan tua di Jakarta khususnya di daerah kawasan konservasi Kota Lama Jakarta dan juga di beberapa kota di Jawa telah disentuh oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan peduli terhadap kehadiran bangunan tua warisan nenek moyang kita. Salah satu bangunan tua yang juga masuk dalam daftar 100 bangunan yang dianggap terancam punah di dunia adalah Taman Sari di Yogyakarta. Area Taman Sari yang dahulunya merupakan taman pemandian keluarga Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, hampir saja punah karena tidak pernah dipelihara.
Sejak terjadinya penyerangan dari bangsa asing tahun 1812 dan bencana alam tahun 1867, kondisi Taman Sari semakin memprihatinkan. Sebagai ikon arsitektur bersejarah di Yogyakarta, Taman Sari tidak mendapatkan pemeliharaan yang optimal, hal ini berkaitan dengan terbatasnya dana. Tetapi dengan adanya bantuan dana dari dari Portugis dan Dinas Kimpraswil DIY, maka beberapa usaha pelestarian dilakukan pada bangunan-bangunan di Taman Sari.
Walaupun beberapa permukaan bangunan-bangunan di Taman Sari sudah tersapu oleh warna-warna cat yang memberikan kesan tidak kuno, namun tetap saja karakter dan pesona kemegahan dari komplek pemandian tersebut, masih saja terlihat elegan. Alih fungsi yang semula sebagai tempat pemandian bagi keluarga Kraton, saat ini menjadi bagian dari tujuan turis dari berbagai daerah guna meningkatkan daya wisata Kota Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment